Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 13 Februari 2010

OPTIMALISASI PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN PROPHETIC LEARNING HABITS DALAM RANGKA MEMBANGUN KARAKTER BANGSA


Oleh: Rita Hidayati


ABSTRAK
Membaca adalah proses pembiasaan yang menjadi karakter bangsa yang cerdas. Oleh karena itu dibutuhkan pemantik yang siap mengantarkan generasi cerdas penerus bangsa. Mengawali pembangunan karakter maka perpustakaan sekolah dasar sebagai salah satu komponen pendidikan formal perlu diperhatikan. Optimalisasi peran dan pengelolaan perpustakaan sekolah dengan strategi pendekatan Prophetic Learning Habits dapat dilakukan dengan club baca sebagai pembiasaan budaya membaca, pemutaran film, dan library awards.




PENDAHULUAN
Latar Belakang
Membaca adalah jembatan untuk menguasai dan menerapkan ilmu pengetahuan ke dalam kehidupan setiap manusia. Membaca juga berupa proses pembiasaan yang menjadi karakter bangsa cerdas. Melalui pendidikan formal, membaca dapat difasilitasi dengan adanya perpustakaan sekolah. Undang-undang nomor 25 tahun tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) menjelaskan bahwa perpustakaan merupakan sumber daya pendidikan yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun pada kenyataannya, peran perpustakaan sekolah belum optimal sehingga minat membaca yang dimiliki siswa masih rendah.
Laporan World Bank “Educational in Indonesia-From Crisis to Recovery” (1998) bahwa kemampuan membaca anak Indonesia masih rendah. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Vincent Greanary, peserta didik kelas enam SD di Indonesia kemampuan membacanya hanya 51,7 atau berada di urutan paling akhir setelah Filipina(52,6). Indikator lain yang dapat dijadikan referensi bahwa siswa masih enggan membaca adalah kurangnya pengunjung perpustakaan sekolah.
Besar harapan ketika melihat fakta minat membaca yang rendah adalah mengoptimalkan pengelolaan fasilitas di perpustakaan Sekolah Dasar. Perpustakaan sebagai pendukung anak-anak dalam membangun pondasi karakter cerdas insan bangsa ini sangat perlu diperhatikan. Seperti fakta kebanyakan, perpustakaan di Sekolah Dasar masih minim dalam koleksi buku dan variasi agenda. Oleh karena itu, dibutuhkan agenda yang strategis dalam membangun karakter sebagai pembiasaan dan pengembangan minat baca bagi siswa-siswi Sekolah Dasar.

Permasalahan
a.Rendahnya budaya membaca yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar.
b.Belum optimalnya pengelolaan perpustakaan sekolah dasar sehingga siswa masih enggan untuk berkunjung ke perpustakaan.
c.Belum adanya kreasi dan variasi agenda perpustakaan sekolah dasar untuk membangkitkan motivasi membaca.

Tujuan
a.Memberikan pemahaman urgensi membaca sejak kecil di sekolah dasar.
b.Mengoptimalkan pengelolaan perpustakaan sekolah dasar sebagai tonggak pencipta generasi yang cerdas.
c.Memberikan ruang kreasi agenda perpustakaan sekolah dasar sehingga menarik minat pembaca.

Manfaat
a.Adanya pemahaman urgensi membaca sdi sekolah dasar.
b.Optimalisasi pengelolaan perpustakaan sekolah dasar agar tercipta generasi cerdas melalui sarana pendidikan formal.
c.Terciptanya ruang kreasi agenda perpustakaan sekolah dasar.

Kerangka Pemecahan masalah
Berangkat dari masalah mendasar bahwa budaya membaca di sekolah dasar masih rendah, maka perlu dilakukan upaya pembangkitan motivasi dengan optmalisasi agenda dan pengelolaan perpustakaan yang baik. Membangun karakter bangsa yang cerdas perlu diawali dengan membaca. Melalui pendidikan formal, maka perpustakaan sebagai komponen penunjang pendidikan harus dioptimalkan agar mampu memberikan ruang tumbuh kembang potensi yang dimiliki siswa. Langkah mendasar penumbuhan budaya membaca adalah dengan pembiasaan membaca itu sendiri. Dengan club baca yang diisi dengan variasi kegiatan diskusi, jam wajib baca, latihan menulis puisi dan sebagainya. Tindak lanjut kegiatan lain adalah story telling, pemutaran film edukatif dan library awards yang diselenggarakan oleh perpustakaan sekolah.


PEMBAHASAN

Peran perpustakaan sekolah

Perpustakaan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas dan menghidupkan pembelajaran. Dengan adanya perpustakaan sekolah maka budaya membaca dapat dilatih dan akses wawasan dunia menjadi luas tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Perpustakaan menyediakan informasi yang dibutuhkan siswa sehingga potensi kecerdasan yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal.

Prophetic Learning Habits

Tradisi belajar yang dilakukan oleh para nabi saat ini mulai banyak dibicarakan. Hal ini digagas oleh Budiyanto (2009) dalam bukunya yang berjudul “Prophetic Learning”. Tradisi tersebut yaitu:
a.Diawali dengan membaca.
Wahyu pertama yang diterima Rasulullah adalah iqra’ (bacalah). Iqra’ ini berasal darai kata qara’a yaitu menghimpun. Dr. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah memberikan banyak arti diantaranya: menyampaikan, membaca, memahami dan menganalisis. Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembangunan peradaban bangsa adalah tentang ilmu baca dan tulis.
b.Cinta kepada ilmu.
Cinta kepada ilmu ditandai dengan menyukai buku bacaan, frekuensi berkunjung ke sumber-sumber ilmu yang intens, dan mempunyai pola membaca yang efektif. Kegiatan ini bukan kegiatan serta merta atau instan karena merupakan kebiasaan yang menjadi budaya.Membaca tidak hanya sekedar lewat setiap halaman begitu saja, tetapi dengan analisis kritis terhadap bacaan yang disajikan. Ketika pikiran bekerja maka akan muncul gagasan dan ide-ide yang semestinya ditulis agar tidak mudah lupa.
c.Menyampaikan ilmu kepada orang lain.

Karakter Bangsa

Menurut Simon Philips, karakter bangsa diartikan sebagai kondisi watak yang merupakan identitas bangsa. Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap. Dalam mewujudkan karakter bangsa yang cerdas, maka penanaman nilai-semangat belajar harus ditingkatkan. Wahana pendidikan formal dengan hadirnya perpustakaan sekolah merupakan aspek strategis guna mencapai generasi cerdas tersebut.

Strategi dan Metode

a.Club baca
Mengawali pemahaman budaya membaca pada siswa di sekolah dasar dengan cara membentuk club baca setiap kelas. Teknis kegiatan misalnya setiap kelas mempunyai beberapa club dimana guru kelas ikut andil menjadi pendamping siswanya. Kegiatan club baca ini misalnya kegiatan membaca di perpustakaan pada saat pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan mengenal dua suku kata, memberlakukan jam wajib baca dan penulisan ringkasan cerita. Belajar yang menyenangkan (joyful learning) dapat dilakukan dengan membahas materi pelajaran diselingi dengan diskusi, melihat gambar konkrit di buku akan banyak menambah imajinasi siswa dalam belajar.
b.Story telling
Pembacaan cerita akan meningkatkan motivasi dan daya ingat siswa. Rasa keingintahuan (curiousity) kepada ilmu pengetahuan yang maha luas semakin bertambah ketika siswa mempunyai motivasi belajar. Pembelajaran kata, bahasa dan gaya menyampaikan cerita juga dapat terealisasikan dengan kegiatan ini. Demikian pula dengan penyampaian ide dan gagasan dapat disalurkan misalnya dalam bentuk tulisan cerita pendek dan puisi.
c.Pemutaran film edukatif
Film edukatif misalnya serial anak sholeh, laskar pelangi, dan serial upin- ipin dapat dijadikan referensi agar siswa mempunyai daya apresiasi yang baik. Iringan musik yang mengalun memberikan refresh dan ketenangan sehingga siswa mempunyai pengalihan kejenuhan dan pemberdayaan fasilitas perpustakaan yang ada dapat tercapai.
d.Library awards
Siswa paling rajin berkunjung ke perpustakaan, hasil karya seperti puisi dan cerita pendek yang dilombakan, hasil apresiasi film dan gagasan yang terbaik dapat dijadikan kategori dalam library awards ini.


PENUTUP

1.Simpulan
a.Budaya membaca di sekolah dasar yang masih rendah sehingga perlu ditingkatkan dalam membangun karakter generasi yang cerdas.
b.Optimalisasi peran dan pengelolaan perpustakaan melalui kegiatan club baca dan story telling.
c.Variasi agenda dengan pemutaran film edukatif dan lybrary awards memberikan ruang kreasi yang memadai.
2.Saran
Dengan usulan berbagai program diatas, diperlukan perencanaan yang matang dan kaya dalam berkreasi. Dibutuhkan pula sinergitas antara pendidik, siswa, pemerintah dan masyarakat agar tercapai tujuan optimalisasi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Dwi. 2009. “Prophetic Learning”. Pro-U media : Yogyakarta.
Fauziah Rahmah Lubis. 2008.“Membangun Insan Cerdas Melalui Percepatan Pemberantasan Buta Aksara”. http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=69&dir=1&idStatus=05 diakses tanggal 5 oktober 2009 pukul 10:24
Lestari, Umi Puji. 2009. “Pendidikan dalam Membangun Bangsa Berkarakter”.i Artikel tidak dipublikasikan oleh BEM REMAUNY.
Wahyudiati. 2008. “Optimalisasi Perpustakaan Sekolah untuk Menumbuhkan minat baca”. [on-line]. http://blog.uny.ac.id/wahyudiati/2008/12/02/optimalisasi-perpustakaan-sekolah-untuk-menumbuhkan-minat-baca/. Diakses tanggal 5 Oktober 2009 pukul 10:34
Wijayanti.“Peran Perpustakaan Sekolah sebagai Pendukung Proses Belajar Mengajar”. [on-line]. http://media.diknas.go.id/media/document/4759.pdf. diakses tanggal 17 oktober 2009 pukul 13:55


Naskah ini ditulis dalam lomba minat baca kabupaten Sleman 2009, hak cipta penulisan ada pada penulis.trimakasih.

Tidak ada komentar: