Pages

Ads 468x60px

Senin, 19 Juli 2010

Seberapa Pentingkah Organisasi Mahasiswa Bagiku?


Berlomba – lombalah karena dunia ini adalah pertarungan
Berangkatlah karena diam ditempat tak dapat mengubah keadaan
Bersegeralah karena sejarah tak pernah menunggu
**KH Rahmat Abdullah**


Hidup mahasiswa, hidup mahasiswa, hidup mahasiswa …


Menurut Hasan Al Banna (2008: 128) pemuda identik dengan karakter iman, ikhlas, semangat dan amal. Atau kemudian kita ingat kata Soekarno bahwasanya dengan hanya sepuluh pemuda maka dunia dapat dikuasainya. Sementara itu, salah satu golongan para pemuda itu adalah mahasiswa. Mahasiswa mempunyai tiga peran pada zamannya yaitu peran moral, oposisi dan intelektual. Peran moral lebih menitikberatkan bagaimana pola karakter yang dibentuk oleh mahasiswa. Maka ada perumpamaan bahwa keadaan suatu bangsa dua puluh tahun yang akan datang bisa dilihat bagaimana peran moral pemuda/ mahasiswa pada saat ini.


Peran oposisi berkaitan dengan idealisme mahasiswa yang menginginkan kejayaan. Sejarah membuktikan bahwa kekuasaan dapat dilengserkan oleh mahasiswa. Atau kemudian peran intelektual mahasiswa dimana lebih berkisar pada titik akademis yang merupakan domain penting dalam kehidupan mahasiswa. Dalam ketiga peran tersebut, hadirlah organisasi mahasiswa (ormawa) sebagai salah satu wadah legal dalam mengaktualisasikan diri peran – peran yang ada dan mengembangkan minat mahasiswa.

Ironisnya, ormawa saat ini seakan mati suri. Minat dan motivasi mahasiswa untuk mengikuti ormawa sangat rendah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat memiliki arti kesukaan (kecenderungan hati) terhadap sesuatu, keinginan. Sedangkan menurut Sugihartono (2007: 20) motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Open recruitment pengurus telah dibuka, publikasi pembentukan panitia kegiatan telah massif tetapi tidak menggeliatkan para mahasiswa. Lihatlah, kegiatan diskusi hanya diminati oleh sedikit orang, kegiatan dengan target peserta 100 orang yang datang tak lebih dari 40 orang. Lantas, seberapa pentingkah ikut organisasi mahasiswa saat ini?

Ada empat alasan yang bisa menjadi pembatas mahasiswa untuk menetapkan pilihan pada tidak terlibat dalam Ormawa. Pertama, lifestyle (pola hidup) mahasiswa saat ini cenderung kepada hal – hal yang instan (one click). Sebut saja, kata – kata persuasif berorganisasi yang akan menambah teman dibantah dengan alasan dengan satu kali klik (one click) di facebook dapat menambah teman tanpa harus ikut ormawa. Atau kemudian tawaran pengalaman yang tak dijumpai di bangku kuliah ditolak dengan akses teknologi informasi yang pesat sehingga tak perlu repot berproses mencari pengalaman.


Kedua, prinsip mahasiswa yang lebih menyukai pada hal – hal yang stagnan dan berada pada garis lurus (ordinary). Keengganan untuk mengambil resiko lebih dan kurang berkeinginan menjadi orang – orang yang berada pada garis di atas rata – rata (above the average) menjadi alasan utama mahasiswa tidak berminat berorganisasi di kampus. Jika dihitung, mengikuti organisasi di kampus memang justru kurang menguntungkan. Sebut saja pulsa yang biasanya digunakan untuk telpon pacar akhirnya harus rela dikorbanan untuk aktivasi massa kegiatan atau undangan rapat. Atau kemudian bensin yang semestinya bisa digunakan untuk jalan – jalan harus diikhlaskan untuk menjemput pembicara. Kelelahan, pengorbanan waktu, energi dan bahkan materi sangat dirasakan ketika mengikuti ormawa.


Ketiga, adanya persepsi bahwa organisasi mahasiswa sudah tidak menarik (not interested). Organisasi mahasiswa biasanya berupa eksekutif misalnya BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), LEM (Lembaga Ekssekutif Mahasiswa) dan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), legislatif misalnya DPM (Dewan Pewakilan Mahasiswa). Ada pula Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak dalam pengembangan bakat dan minat misalnya bidang penelitian, tari, olahraga, musik, kerohanian dan sebagainya. Kegiatan seperti ini sudah dianggap usang oleh mahasiswa sekarang karena tren yang berkembang adalah condong kepada dunia hiburan (fun, entertainment) semata.


Keempat, persepsi tugas mahasiswa adalah hanyalah belajar, lulus cepat dan mendapat predikat cumlaude. Dengan kata lain, orientasi mahasiswa menjadi study oriented. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang tua pasti menginginkan anaknya untuk lulus cepat, prestasi bagus dan kelak cepat mendapat pekerjaan. Kemudian, ormawa menjadi kambing hitam ketika sang anak tak kunjung lulus dan prestasinya justru menurun karena ikut ormawa.


Dibalik semua alasan di atas, bukan salah ormawa ketika menjadikan prestasi seorang mahasiswa turun atau terlibat ormawa berarti membutuhkan banyak pengorbanan. Semestinya, yang patut dicermati adalah komitmen dan kesungguhan sang mahasiswa itu sendiri. Setiap keputusan yang diambil pasti mempunyai resiko dan dampak masing – masing. Namun yang terpenting adalah kontribusi mahasiswa dalam ormawa sangat berpengaruh dalam proses pendewasaan seseorang. Ingatlah, sejarah tidak pernah menunggu, dan Andalah yang memutuskan. Seberapa penting organisasi mahasiswa bagiku?

1 komentar:

gangeRtie mengatakan...

hayooo...

tetap semangad

jalan masih panjang kawand