Judul Buku : Robohnya Dakwah di Tangan Dai
Pengarang : Fathi Yakan
Judul Asli : Ihdzaru Al-Aids
Al-Harakiy
Penerjemah : Wahid Ahmadi
Jumlah hal : 141 + cover
Penerbit : Era Intermedia
Buku dengan judul Robohnya Dakwah di Tangan Dai ini memiliki 4 bab
pembahasan. Bab I merupakan intro dari pembahasan buku yaitu tentang fenomena
kehancuran gerakan dakwah di wilayah Lebanon. Bab selanjutnya lebih fokus
terhadap permasalahan yang terjadi di negeri-negeri Islam saat ini yang
porak-poranda. Sementara itu, seperti pada buku-buku lainnya, bab terakhir
memberikan beberapa alternatif solusi bagaimana menjaga bangunan dakwah agar
tidak roboh dan hancur.
Fenomena kehancuran yang menimpa sebagian besar bangunan dakwah, gerakan,
kelompok, dan mazhab di wilayah Lebanon merupakan fenomena kerusakan yang
leluasa bergerak dari satu gerakan ke gerakan lain tanpa satu pun darinya dapat
mengambil pelajaran. Hal ini disebabkan karena (1) hilangnya imunitas keimana
dan tidak tegaknya bangunan di atas pondasi pemikiran dan prinsip yang benar
dan kokoh, (2) rekruitmen dengan orientasi kuantitas, (3) organisasi yang
“tergadai” pihak luar sehingga orientasi kabur dan arah politik yang bias, (4)
tergesa-gesa ingin meraih kemenangan padahal sarana tidak memadai, (5) adanya
pusat-pusat kekuatan/aliran dan sayap gerakan di tubuh organisasi, (6) adanya
campur tangan dari pihak luar yang notabene mereka dominan mempengaruhi di
dunia dan (7) lemahnya kesadaran politik dalam gerakan dakwah sehingga tidak
mampu mengimbangi perkembangan zaman.
Bagaimana dengan kondisi di negara-negara Islam? Tak jauh beda. Aktivitas
dakwah berjalan dengan menggunakan pola masif (massal dan sosial) yang
mengabaikan pembinaan dan kaderisasi. Hal ini menyebabkan organisasi dakwah
tidak mampu menciptakan proses pembinaan terhadap unsur SDM maupun perangkat
lain sehingga memungkinkan masuknya beragam unsur luar dalam barisan dakwah.
Perhatian berlebih terhadap kuantitas atau bilangan sehingga aspek kualitas
kurang diperhatikan. Fenomena lain yaitu sosok dai dengan orientasi kemiliteran
lebih besar. Hasan Al Banna mengatakan bahwa kekuatan adalah slogan umat Islam
dengan segala aturan dan syariatnya. Akan tetapi, harus juga memiliki pemikiran
yang dalam dan wawasan yang luas. Tingkatan kekuatan adalah kekuatan akidah dan
iman, kekuatan ikatan dan persatuan baru kekuatan tangan dan senjata. Kondisi
selanjutnya adalah (1) tidak adanya kesadaran politik sehingga tidak memiliki
cakrawala politik dan potensi SDM yang bisa membantu mengungkapkan peristiwa
dan menentukan arah politik yang benar dan lurus, (2) senang menempuh jalan
pintas, (3) lemahnya aspek pendidikan baik muncul dari konsep pembinaan,
lemahnya sang murabbi, rapuhnya strategi pengaturan langkah kerja atau terseretnya
dakwah dalam pertikaian yang akan melahirkan problem dalam tubuh gerakan
dakwah, (4) budaya ghibah dan namimah dengan suka menggunjing, mengadu
domba dan mengintai aib orang lain, (5) lunturnya kepercayaan kepada pemimpin
sehingga muncul sentral kekuatan dalam tatanan dalam tubuh gerakan dakwah.
Alternatif solusi dari berbagai fenomena kehancuran agar bisa
menyelamatkan gerakan dakwah, antara lain:
1.
Tegaknya bangunan di atas landasan takwa kepada
Allah.
2.
Kokohkan ukhuwah karena Allah.
3.
Membangun pondasi saling menasehati dalam
kebenaran.
4.
Menegakkan tradisi syuro’.
5.
Menjalin hubungan dengan penuh rasa cinta dan
kasing sayang.
6.
Menegakkan landasan sukarela dalam bekerja.
7.
Bersungguh-sungguh dalam menjaga niali-nilai
syariat dan dakwah.
8.
Membangun penguasaan dan pemahaman.
9.
Strategi dan organisasi.
10.
Perhatikan kelengkapan dan keseimbangan.
Buku ini memberikan gambaran kondisi umat Islam saat ini yang tercerai
berai. Buku ini disajikan dengan runtut mulai dari hal yang melatarbelakangi
kemunduran carut marut dunia Islam di Lebanon dan kemudian difokuskan kepada
negara-negara Islam di dunia. Buku ini sangat cocok untuk menjadikan motivasi
bagi aktivis/ penggerak dakwah yang mulai lelah dan kecewa. Buku ini dapat
memberikan semangat untuk tetap memperjuangkan Islam sesuai syariat dengan
dilandasi Al-Qur’an dan Sunnah serta menghindari hal-hal yang menimbulkan
perselisihan dan memutus ukhuwah Islamiyah. Namun, buku ini mungkin agak terasa
“berat” ketika dibaca oleh orang awam karena pembahasan di dalam buku ini cukup
membutuhkan telaah dan pemikiran yang mendalam.
2 komentar:
syukron mbak :)
syukron mbak :)
Posting Komentar