Pages

Ads 468x60px

Rabu, 02 Januari 2013

Trip to MALANG

Kota Malang, kota pendidikan yang menggeser predikat kota Yogyakarta. Saya pernah kesana dua kali. Kalau kunjungan ke kampus, untuk jurusan saya cuma ada di UM learning university. Jadi study tour memilih untuk discuss and share kesana. Tentang kelembagaan di fakultas kependidikan, juga dipilih ke Universitas Negeri Malang. Jadilah, dalam dua bulan saya berkunjung ke kota apel tersebut dua kali. Agenda studi lokatif BEM FIP pada awal Februari 2011 dan studi tour jurusan dua bulan setelahnya. Menuju kawasan Batu, Malang, paling asyik kalo lewatnya malam hari. Lika-liku jalan dan panorama gemerlap lampu bukit yang indah. Jangan lupa, mampir di masjid agung Malang. Saya tidak tahu persis, yang pasti di dekat taman yang ada patung Strawberry gedhe.

Nah, kalo ke Malang, pasti pengen ke Jatim Park kan? Semoga masih sama, harga tiket masuknya 50 ribu (untuk Jatim Park 1) dan kita sudah dapat berpuas-puas menikmati permainan. Waktu studi lokatif, kita hanya numpang foto doang di depan Jatim Park 1, hehe. Baru waktu kunjungan bersama teman-teman jurusan, kesampaian deh untuk masuk wahananya. Dari pintu masuk kita akan trip ke wahana edukasi, pokoknya medianya banyak banget. Mirip Taman Pintar Yogyakarta, namun tidak lengkap.
Karena waktu saya kesana jalannya bareng dosen-dosen, jadi agak kepisah trip-nya dengan yang lain. Saya memotong jalan langsung ke arena kolam renang dan permainan (kebetulan waktu itu jalannya kebuka, jadi kita masuk aja, hehe). Eh ternyata, hujan deras mengguyur bukit Batu ini. Jadilah kita berempat (satu mahasiswa, tiga dosen) berteduh di kafe dulu. Pengalaman paling mengesankan adalah ketika kita masuk rumah hantu. Wah, ternyata pak dosen takut juga. Tengkorak yang tiba-tiba muncul disodoknya dengan payung saya, hehe. Kata beliau: “lha kaget je…” Saya juga takut sih, bukan takut sama hantu buatannya, takut saya ntar tak bisa tidur gara-gara kebawa bayangan hantunya. heee.
Ada wahana gokart indoor (tak tahu nama aslinya apa), dan disana saya cuma jadi penonton. Badan sudah capek, karena kita ke Jatim Park sudah sore dan hampir tutup. Sebelum keluar, kita menyempatkan mengantri di bioskop 3D, lumayan panjang sampai antrinya juga ujan-ujanan.
Sebelum di pintu keluar, kita akan disuguhi pasar oleh-oleh. Pasti ada apel Malang, aneka keripik, dodol, baju, pernak-pernik, boneka, mainan, dan segala macam lainnya. Ini dia konsep wisata yang bagus dengan satu pintu masuk, satu pintu keluar dengan kompleks pasar. Sedikit memaksa pengunjung untuk mampir ke pasar oleh-oleh, hehe. Hampir semua wahana wisata Jatim sekarang seperti ini (yang pernah saya kunjungi). Di sebelah Jatim Park 1 juga ada toko supermarket Bunga. Di dalamnya terdapat berbagai macam tanaman. Kaktus, anggrek, adenium, jambu bonsai, jeruk bonsai, buah tin juga ada.
Jika Anda suka dengan panorama alam, boleh dicoba main ke Cobanrondo, air terjun. Hampir mirip dengan Grojogan Sewu, Tawangmangu. Tapi di Cobanrondo kita tidak terlalu memeras keringat (tidak menuruni tangga) untuk mencapai ke air terjunnya. Persamaannya adalah, banyak monyetnya, hehe. Ada sejarah menarik tentang legenda air terjun Cobanrondo ini, berikut kisahnya.
Adapun usul Cobanrondo berasal dari sepasang pengantin baru yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai wanita yang bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi yang menikah dengan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Setelah usai pernikahan mencapai 36 hari (selapan) Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Namun orang tua Dewi Anjarwati melarang kedua mempelai pergi karena baru selapan. Namun keduanya bersikeras pergi berangkat dengan segala resiko apapun yang terjadi di perjalanan. Ketika di perjalanan, keduanya dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono yang tidak jelas asal usulnya. Tampaknya Joko Lelolo terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya. Perkelahian tidak dapat dihindarkan kepada punokawan yang menyertainya Raden Baron berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di suati tempat yang ada Cobannya (air terjun), perkelahian berlangsung seru dan akhirnya sama-sama gugur, dengan demikian akhirnya Dewi Anjarwati menjadi janda (dalam bahasa Jawa Rondo). Sejak saat itulah, Coban tempat tinggal Anjarwati menanti suaminya dikenal dengan COBAN RONDO. Konon batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri.
Jika ingin mencoba yang semacam Jatim Park, bisa juga ke BNS, Batu Night Spectacular. Sesuai dengan namanya, tempat ini dikunjungi saat malam hari. Full permainan pokoknya, semacam Dufan mini. Bisa mencoba masuk ke cinema 4 Dimensi untuk merasakan cipratan air,atau mau mencoba ke galeri hantu. Kalo saya, takutnya ntar pingsan, hehe, soalnya hantunya orang beneran dan kita bisa di colek-colek, hiiiii…ampun deh. Bau dari rumah hantu juga membuat sesek, jadi mendingan tak usah coba-coba. Jika senang gokart, disana ada arena gokart yang oke, terpanjang katanya. Dosen saya yang mencoba tantangan balapan sama pengelola BNS. Beliaunya menang. Secara ya, beliau memang hobi balap juga. Walau masih kurang mengenal medan, bagi orang yang sudah biasa pasti medan tahluk padanya. Puas bermain di BNS, kita akan keluar melewati jalur satu pintu. Masih sama konsep pintu keluarnya yaitu kita keluar melewati pasar oleh-oleh pula.
O ya, ada taman bunga yang asyik buat ambil gambar, tapi saya lupa namanya. Maklum, dulu belum sempat berpikiran untuk mengabadikan moment tersebut di tulisan sehingga tidak termemori namanya.

Nah, sekian dulu edisi trip to Malang. Mohon maaf jika ada yang narsis disini, hehe. Yang penting penulisnya tidak terlalu nampang, iya kan :-)

Tidak ada komentar: