Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 10 November 2012

Tantangan Tiga Jam



Aku sudah biasa menghadapi anak-anak dan mendampingi mereka dalam belajar. Privat tentunya. Mulai dari yang pinter banget, gurunya aja kadang lupa. Terus yang lumayan pinter, yang biasa aja, bandel juga ada. Ada lagi yang lumayan menguras pikiran, tenaga, ide untuk bagaimana agar si anak dapat memahami apa yang dipelajarinya.
Tapi, kali ini beda. Aku kali pertama ngajar di kelas.

Itung-itung buat pengalaman. Kalo cuma observasi, gabung di kelas negeri maupun kanisius pernah, sambil bantuian anak-anak ngerjain tugas mereka. Kali ini, kelasnya sekolah Islam Terpadu, ya, dapetlah gambarannya seperti apa.
Siswa putra dan putri dipisah, dan untuk hari pertama ini, aku kebagian jatah ngajar kelas putra. WOW, sesuatu banget…
Satu jam pertama, aku mengajar di kelas dengan grade A (kayaknya). Lumayan rame, tapi tangkas mengerjakan sampai selesai. Bingung juga awalnya, mereka ngerjain sambil mainan juga, ndak tau tu namanya apa, tapi ngetrend di sekolah itu (di tiga kelas yang aku ajar, anak-anak pada punya mainan itu). Akhirnya tak bilang, nanti dikasih nilai dan dikumpulkan. Hanya ada satu anak yang terlihat malas mengerjakan, ternyata tak bawa pensil. Oke, tak kasih pinjam pensil saya, kataku. Eh, sampai selesai, dia ternyata cuma ngerjain 2 nomer, hemmpf. Entah kenapa, dia cuma bilang capek gitu dan terlihat tidak semangat. Satu jam selesai aku masih belum beranjak dari kelas, sebenarnya pengin ngobrol sama satu anak tadi, cuma dianya keburu ngilang lagi. Emm, anak itu ya, ndak betah kayaknya di kelas.
Istirahat
Jam kedua, aku mengajar di kelas dengan siswa sepuluh anak (seharusnya), tapi cuma nongol sembilan soalnya yang satu ikut di kelas lain (yang akhirnya ketahuan saat aku ngajar di kelas ketiga). Bukan berarti sembilan itu sedikit, gampang ngaturnya ya. Justru ini kelas yang paling rewel. Aku masuk kelas, baru beberapa yang ada, yang lain harus dipanggil dan dicari satu-satu. Belum soal mulai dibagikan, eh, siswa malah pada main tisu. Awalnya cuma tisu dibasahi pakai air dan dilemparkan ke teman, lama kelamaan dilempar ke atas, ke tembok. Dan mengenai foto pemimpin negeri ini. Haduh, kalian. Alih-alih mau membersihkan tisu tadi, anak-anak malah naik kursi meja semua. Eiy, hayo turun…
Ada yang usil lagi, LCD dinyalakan, screen diturunkan, menghalangi tulisan di papan tulis tentang ralat soal. Ishbir. Mulai satu nomer dikerjakan. Selanjutnya kesulitan, tak minta buka buku paket, ndak bawa, buku catatan, hilang, tanya teman, ndak tahu atau lupa. Okelah, terus, maunya gimana? Tak minta kerjakan yang mudah dulu aja, ngelesnya soal susah semua. Hedeuh, ini siswa kreatif amat ngejawabnya.
Ada yang main bola, akhirnya tak sita, tisu juga yang tadi buat lempar-lemparan. Mungkin, terlihat galak kali ya, heee. Padahal, enggak lho. Tanya aja tu adhek-adhek les privat. Mainan yang lagi trend juga mau tak sita, cuma mikir-mikir, susah bawa n naruh di depannya, pasti ntar diambil lagi.
Sesi pembahasan soal dan jawaban, hemmpf, harus mengeluarkan suara ekstra (walau ada microfone disana). Karena yang satu denger yang satu main sendiri, jadi sampai akhir pelajaran belum tuntas deh membahasnya. Oh iya satu lagi, siswa juga mainan korek api diluar ruangan dengan membakar kertas. Tak matikan dengan nginjek pake sepatu, eh, malah nempel di sepatu, hehe. Anak-anak ketawa, akunya panik. Lha wong masih ada apinya. Pura-pura biasa aja, kumatikan dengan meniup api itu, Alhamdulillah padam. Seiring padamnya rona merah diwajahku.
Sesi ketiga, kelas dengan siswa sekitar 15 anak. Aku mendengar disebut anak-anak sebagai ustadzah five, heee, lucu juga. Nah, kelas ini kelas menengah, tapi juga lumayan pinter-pinter. Manut juga. Pembahasan pun juga oke, dan puas dengan hadiah 2 bungkus biskuit kecil buat 2 orang terbaik. Diputar…dijilat…dimakan, hap…
Nah, itu ceritaku, mana ceritamu?



Tidak ada komentar: