Astaghfirullah…
Hari ini kesabaranku diuji lagi..
entah kenapa,
aku sedang bad mood mungkin
ditambah badan sedikit lelah dan
kurang fit..
Ngajar les matematika untuk kelas
3, yahh, sebenarnya cuma kelas 3 SD
tapi mungkin Allah memintaku
untuk belajar sabar darinya.
Penurut dan pendiam iya, tapi
bocah satu ini punya banyak alasan untuk berkata tidak tahu, lupa, gak mau dan
seterusnya…
Tes di depan mata, Nak. Engkau
harus belajar lebih giat. Memang, aku sendiri tak memaksamu untuk berpenat
dalam belajar, tapi karena pendidikan di negara kita peraturannya ada ujian
sepeti ini, kita harus melaluinya, Nak. Orangtuamu akan berbangga jika anaknya
pintar (dan sholeh tentunya), sama juga mereka akan kecewa ketika kita tak
punya rangking. Tapi, aku lebih berharap bukan rangking, tapi engkau memahami
apa yang sedang kita pelajari, lewat pengalaman, lingkungan dan cerita-cerita
kita. Rangking hanya kumaknai sebagai hadiah dari Allah atas kepayahan kita,
atas peluh dan stressnya otak kita dalam mencerna setiap bait pengetahuan.
Saat kau lelah, aku memberimu
waktu untuk ambil nafas, aku menunggumu. Akan tetapi bukan berhenti, kita belum
finish. Ayo kita kejar impianmu itu. Kita sama-sama berjalan, bahkan berlari
jika memungkinkan.
Tiga dikali delapan, engkau
bilang tidak tahu. Kuberi waktu cukup untuk berpikir. Engkau ambil mainan
motor-motoran mungil itu. Kuberi waktu yang cukup lama hingga engkau berpuas dengannya.
Ketika kutanya engkau mau bermain apa belajar, jawabmu masih belajar. Oke,
sekarang kita taruh mainan di meja, dan kita belajar lagi.
Allah, yang kubimbing ini adalah
anak orang lain, bagaimana jika yang kubimbing ini adalah anakku sendiri? atau adikku?
atau ponakanku? Apakah kemudian aku lebih bersabar atau justru sebaliknya?
Alhamdulillah, Engkau masih
berikan hamba ini kenikmatan untuk mengatur gejolak emosi. Walau tak finish,
minimal 25 soal terjawab sudah. Tak apa, aku tak memaksamu mendaki sampai
puncak, semoga yang kita pelajari hari ini tidak terlupa.
Oh iya, aku baru menyadari, aku tadi lupa membimbingmu mengucap “Bismillah”. Astaghfirullah, ini dia kuncinya. Padahal, sebelumnya belum pernah terlupa. Ya Rabb, maaf, hamba khilaf, benar-benar lupa.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar