Pages

Ads 468x60px

Rabu, 20 Februari 2013

Kunjungan tak terduga


Siang menjelang dhuhur ini saya masih asyik dengan tulisan saya. Beberapa halaman word terbuka, minta jatah untuk di edit. Terkadang, kala inspirasi datang, editan cepat kelar. Akan tetapi jika sedang buntu, butuh beberapa refresh untuk sekedar menemukan satu diksi yang tepat.
Saat itu, otak sepertinya menginstruksikan untuk beranjak dari tempat duduk, melihat sekeliling sejenak untuk rehatkan mata. Dan raga pun mengiyakan, segera berdiri dan balik badan.
Alih-alih cuci mata, edaran pandang tertuju pada satu tembok dekat, tepatnya di arah barat daya. Agak gelap, karena jendela yang saya buka hanya satu diantara 6 yang ada di kamar. Hemm, ada yang aneh dengan sesuatu disana. Sesuatu yang hitam dan agak besar memanjang.
Apaan sih????
Perasaan tak enak memberi sinyal reflek untuk mengidupkan lampu.
Ahhhhh, tidak, Ya Allah. (ini hanya dibatin).
Panik, bingung, gimana ni?
Kaget bin takut sekaligus aneh, kok iso?
Coba tebak, ada apa?hhe…
cuma ada kunjungan si kaki seribu yang tanpa salam (ndak sopan kan…) masuk ke kamar. Hemmpf.
What should I do? Tepok jidat sambil jalan jingkat-jingkat. Saya takut dengan binatang melata. Meski cuma si kaki seribu. atau reno, atau lursespo (ndak tau bahasa gaulnya apaan). Mereka memang jalan sempoyongan, tapi … Tetap saja bikin merinding, geli dan takut.
 Aha, brother nampaknya di rumah. Bergegas ke rumah brother sambil celingak-celinguk (takut ada orang yang bukan mahram, soalnya di belakang lagi ada tukang). Rada teriak dan dia pun terbangun dari nyenyaknya tidur siang.
Alhamdulillah, masih untung cuma kaki seribu. Kalau ular, brother angkat tangan dan kaki deh. Dia juga takut karena pernah digigit ular. Mending panggil babe kalo berurusan dengan ular. Jadi, memang ternyata kalo sudah trauma, mau digimanakan, mau dipaksa, ya tetep takut. Sama seperti saya ketika takut naik flying fox dan semacamnya semenjak peristiwa 2008 silam. Padahal sebelumnya seneng banget kalo mainan gelantungan kayak gitu meski pake acara gemetaran pula pada awalnya. (Tapi pengen juga lagi, melihat flying fox yang model pegangannya tali lentur, bukan besi, hhe).
Tengkyu bro, hari ini kau pahlawan, hhe.
=====
Rumah saya menghadap ke arah selatan. Katanya, biar menghadap kraton Ngayogyakarta hadiningrat gitu, biar sejuk. Hemm, kalo saya mikirnya biar ngadep jalan. Kalo ke timur soalnya ke arah kebon orang, ke utara udah ada rumah budhe. Kalo ke barat menghadap kebon juga dong. So, menghadap ke selatan adalah pilihan terbaik.
Di hadapan rumah, (setelah jalan) ada kebon jati dengan bangunan joglo yang tak lagi dipakai. Eh, halamannya dipakai ding, tapi buat sabung ayam. MasyaAllah. Nah, di sekeliling joglo ada beberapa pohon salak yang tak terawat, hanya rimbun dedaunan. Ini nih yang berpotensi sebagai sarang ular, karena sudah banyak kali si ular juga berkunjung ke rumah (baik rumah saya maupun rumah kakak). Peristiwa kejatuhan ular, nyenggol ular, ato si ular malah melilit di kabel lampu kamar, ular sembunyi di sparepart motor bekas, ular masuk kamar itu adalah beberapa jejak yang pernah saya lihat.
Di sebelah timur rumah, ada  petak kebun tetangga yang ditanami pohon rambutan. Pohonnya sih berbuah lebat, tapi juga menjadi tempat tinggal serangga yaitu semut. Binatang yang diabadikan menjadi salah satu nama surat di dalam Al Qur’an itu setia membuat rute dari pohon-rumah brother-rumah saya-dan entah kemana. Jadi, jangan heran ketika di tembok, lantai, terkadang meja juga, menjadi lalu lintas yang padat bagi sang semut.
Lantas di sebelah barat rumah saya, terdapat kebun yang banyak ditanami pohon juga, bersama semak juga tentunya.
Analisis saya, karena ini musim hujan maka tanah menjadi lembab dan becek. Logikanya, orang saja akan memilih tempat yang lebih enak dan nyaman kan untuk menghindari tempat lembab. Begitu pula dengan si kaki seribu. Kali dia sedang ingin berhangat ria di kamar saya, tapi saya tidak rela. Hehe.
Sekian, kisah hari ini.

Tidak ada komentar: