Pages

Ads 468x60px

Rabu, 20 Februari 2013

Tensi dan Emosi


134/92
What????
Muka saya menegang sebentar membaca digital tersebut. Kok bisa ya? Sebelumnya saya agak rutin cek tensi darah di dokter/puskesmas, masih normal. Kali ini melonjak, walaupun katanya masih di ambang batas.
Alih-alih berpikir, alat yang digunakan untuk mengukur ternyata jenisnya beda. Yang ini pakai digital, yang biasa di dokter/puskesmas masih pakai raksa. Menurut beberapa sumber, tensimeter digital dengan yang raksa lebih akurat yang menggunakan air raksa (alias masih manual). Meski sedikit repot karena biasanya kita harus menyingsingkan baju/kaos kita, apalagi bagi perempuan muslimah. Agak risih ketika sang pengukur adalah laki-laki, hhe. (Atau sang pengukur adalah wanita tetapi di sekitar kita ada khalayak ramai. Seperti di puskesmas tempat saya, pengukuran tensi dilakukan di ruang tunggu). Nah, kalau tipe digital bisa kurang akurat yang dipengaruhi banyak faktor misalnya kondisi baterai, lama pemakaian, dst.
Sedikit lega, tetapi gamang pula. Apakah benar tensi saya segitu? Pasalnya, tensi sekian sudah mendekati kata hiper-, atau mungkin sudah masuk dalam kategori tersebut. Akhirnya saya cari-cari artikel tentang gejala hipertensi.
Salah satu yang mempengaruhi adalah emosi. Emosi terdapat dua macam yaitu positif dan negatif. Nah, yang perlu diwaspadai adalah yang negatif. Emosi negatif, seperti marah, akan mengganggu kinerja sistem limbik otak kita yakni suatu sistem yang setiap harinya bertugas menjaga ketenangan jiwa, agar tidak jatuh pada kegelisahan, kecemasan, rasa was-was dan yang lainnya. Demikian juga, emosi negatif dapat mengganggu kinerja bagian kulit otak kita.
Terhadap emosi negatif, kita meresponnya dalam tiga hal:
1.     Cara pertama adalah ditekan.
Kebanyakan orang menekan emosi negatifnya. Kita berpura-pura tidak  ada sesuatu yang terjadi dalam diri kita, padahal di dalam lubuk hatinya masih terdapat perasaan “ada apa-apa”. Ketika kita mengabaikan atau menekan emosi negatif kita, maka emosi negatif tersebut akan semakin meningkat, hingga akhirnya kita akan dibuat untuk memperhatikan emosi yang selama anda tekan.
Emosi negatif akan mengakibatkan berbagai penyakit fisik dan emosi dalam diri kita, seperti merasa cemas atau gelisah dalam situasi tertentu, merasa tidak percaya diri atau boleh jadi mengakibatkan berpenyakit psikosomatik (mudah sakit kepala, pusing, dan lain-lain).
2.     Cara kedua adalah dilampiaskan.
Cara mengatasi dengan melampiaskan emosi negatif pada orang lain juga sering dilakukan oleh kebanyakan orang. Cara ini dapat menimbulkan bahaya bagi yang kena pelampiasan. Biasanya yang terkena pelampiasan itu adalah orang-orang terdekat yang disayangi, suaminya atau istrinya, anaknya dan saudaranya.
3.     Cara ketiga adalah dilepaskan.
Ini adalah cara mengatasi emosi negatif yang dari dalam diri kita adalah cara yang terbaik. Kita akan terbebas dari emosi ini dan hidup kita akan semakin baik. Kemampuan melepaskan emosi negatif ini juga akan sangat bermanfaat buat diri kita dan keluarga kita. Kita bisa mengajarkan keahlian untuk melepas emosi kepada anak-anak kita sehingga anak kitapun akan terampil mengelola emosi ini.
Nah, dari ketiga tipe tersebut, bisa dibilang saya cenderung ke kategori pertama. Astaghfirullah. (mikir, ohh, apakah sakit kepala yang sering datang akhir-akhir ini adalah efek dari emosi tertahan?) Memang setelah beberapa waktu yang lalu dinasehati oleh seseorang bahwa jika kita semakin ingin memendam rasa, maka justru semakin kuat rasa tersebut, entah positif maupun negatif. So, lebih baik dilepas saja, toh, bukannya kita tidak hidup bersama masa lalu?
Terjebak rasa, entah motif yang selama ini mengiringi langkah pasti, perlahan surut. Ditambah beberapa pikiran yang tak kunjung selesai. Aha, ternyata lingkungan kita sangat mempengaruhi, yang melow akhirnya ikutan slow, kalau lagi membara maka jadilah gelora.
dan hati ini berbisik syahdu
Bergeraklah kawan,
dan maju ke depan
walau tertatih, tertahan
tatap di ujung pengharapan
ada sinar pendar menyapa
Bersegeralah kawan,
dan merangkaklah ke depan
masa lalu ibarat menatap spion kendaraan
sesekali ditengok tak jadi apa
asal tidak keterusan
ingatlah wahai teman,
engkau sedang meniti tangga kehidupan
engkau sedang berjalan di hamparan
yang tak bebas hambatan
ada turunan, tanjakan, jurang, kelokan
ada kering, panas, dahaga, sejuk, bahkan hujan
kadang pula lurus dan mapan
Beranjaklah segera kawan,
satu mili detik sedikitpun jangan terlewatkan
hanya untuk sebuah kekecewaan
hanya untuk masa yang telah tertinggalkan
hanya untuk duka dan bayang tertahankan
hanya untuk derita dan keluhan
Biarlah sepoi menggantikan
Ijinkan kehangatan mendekat
Bolehkan mimpi itu kembali
dan engkau segera lepaskan
rasa, rupa, ilusi yang pekat
hingga mampu kepakkan sayap lagi

Dan dendang inipun mengalun, membawa dalam dekapan mimpi yang kan ku rengkuh kembali.
Aku ingin secerah mentari, yang menyinari di taman hatiku
Aku ingin seriang kicauan burung, yang terdengar di jendela kehidupan
Aku ingin segala-galanya damai, penuh mesra membuah ceria
Aku ingin menghapus duka dan lara, melerai rindu di dalam dada

Oke, mulai menata diri lagi lah.
jangan lupa juga, ruhiy nya diperbaiki, yukkk
salah satunya dengan merutinkan untuk bangun dini hari, terus... munajat dengan-Nya

Tidak ada komentar: