Pages

Ads 468x60px

Kamis, 21 Maret 2013

Hati-hati dengan Hati


Hari ini beliau terluka lagi. Iya, hati yang hanya seonggok itu, tergores lagi. Lagi-lagi penyebabnya sama.
Hati-hati dengan hati, itu kita yang berjiwa muda. Lebih fresh mendengar kata ini. Meski terkadang lupa juga, astaghfirullah.
Tapi buat beliau, apa-apa diambil hati. Mengaku salah, tapi ada saja alasan untuk bersu’udzon terhadap orang lain. Ketika salah memarahi anak kecil yang pasti bukan anaknya. Eeee, hari berikutnya ketemulah beliau dengan si ibu anak kecil yang tempo hari dimarahi. Mungkin mukanya sedang kesal karena motornya macet di jalan saat hendak menjemput rizki, makanya ketika ditanya oleh beliau, ia tampang cemberut. Bisa saja kan? Kita tidak tahu isi hati mereka lho. Jadi, jangan nebak dan sok tahu.
Atau kali lain, beliau iseng tanya kepada anak mantu ketika mereka sekeluarga akan pergi. “Kalau mau pergi, arisan bisa nitip ke aku saja, “ kata beliau. Dan sang anak mantu menjawab biar saya saja antar sendiri sambil jalan keluar sekalian. Eeeee, tahu tidak? Beliau anggap itu menyakitkan hati. Astaghfirullah. Apakah tidak ada celah untuk husnudzon dulu? Misalnya: Oh, si anak mantu tidak mau merepotkan mertuanya. Rileks bukan?
Hati kita ini kecil, hanya seonggok. Kalau semua hal yang terjadi, dan dianggap buruk oleh hati kita, maka sesaklah dada ini. Ketika hati sedang senang, hal kecil saja terlalu dibanggakan.
Bisa jadi, inilah penyakit hati. Ia tak bisa disembuhkan oleh dokter manapun. Teringat perumpamaan, dengan penyakit fisik saja kita rela keluar uang jutaan hanya untuk kesembuhan. Tapi, dengan penyakit hati? Kita tanpa sadar memeliharanya dalam dada. Keluarnya apa? Ya emosi, amarah, dan sakit hati.
Mencintai dan membencilah dengan tidak berlebihan.
Orang jawa bilang: legowo dan semeleh sahaja
Pasrah pada takdirNyad
Dan ubah mindset kita, positive thinking yukkk….

#renungan malam


Tidak ada komentar: