Pages

Ads 468x60px

Minggu, 03 Maret 2013

Pegasus: Masalah Sepaket dengan Solusi


Pegasus? Yupz, kita kenal sebagai kuda terbang. Tapi, untuk kali ini, pegasus ada kuda terbang ala saya, yaitu si kuda besi merah yang selalu membawa saya kemana-mana. Pegasus namanya, hehe. Dia sebenarnya punya merk, tapi karena lis-motornya sudah tidak ada, tak kasih nama pegasus, kebetulan tertempel stiker pegasus di samping kanan kiri motor saya.
Nah, di bulan Februari kemarin, si pegasus sedang minta perhatian lebih. Ada-ada saja yang terjadi dengan dia. Bukti Allah makin sayang, diuji sabarnya.
Insiden pertama. Saya sedang nongkrong di angkringan (hehe, akhwat nongkrong???) Maksudnya saya sedang pengen minum di angkringan, sambil menunggu seseorang. Biasanya, sambil menunggu saya tidak lepas dari buku. Ketika asik menyelami kalimat demi kalimat, tiba-tiba… Braaaak. Pegasus merah saya jatuh sendiri. Tak apa sih, cuma ada yang cuil/patah: tudung ban depan (Jawa: slebor). Hemmm, ini nih, sebagai pengingat. Kalau parkir musti hati-hati. Karena saya alhamdulillah jarang kecelakaan semenjak bisa naik motor 5 tahun lalu (cuma saat ditabrak anak SMA waktu di depan SA jalan solo itu).
Insiden selanjutnya, sore itu tanggal 9 Februari, saya ada jadwal rutin ngeles privat di daerah Mlati, dekat Youth Center Sleman. Yah, agak buru-buru soalnya saya belum sholat asar, jadi niatnya solat asar di masjid dekat tempat les.
Jam 15.56, tunai sudah solat wustha. Oke, siap menyambung lidah pengetahuan. Tapi, subhanallah, pegasus saya dimundurkan terasa berat, ada apa ya? Saya tengok bagian bawah belakang. Ohh, ternyata bannya kempes. Sejenak berpikir, lanjut les apa ke bengkel dulu ya? Kalo lanjut les, alamat saya harus cari bengkel saat menjelang maghrib, masih ada yang buka ndak ya? Kalo lesnya yang ditunda, kemarin saya sudah tidak ngajar karena sakit. Akhirnya, saya putuskan ke bengkel saja dulu, semoga ada dan cepat selesai.
Bertanyalah saya pada anak-anak yang akan TPA, dimana bengkel terdekat, karena saya posisi di tengah desa dan tidak ada bengkel. Alhasil, harus nuntun si ‘kuda terbang’ sekitar 1km baru dapat bengkel. Alhamdulillah, bengkel masih buka. Kata bapaknya (yang mbengkel), biasanya ba’da asar sudah tutup. Allah Maha Kasih.
Hari Rabu siang, jam 1 saya janjian dengan teman untuk berkunjung ke salah satu ummahat. Ba’da duhur, saya keluarkan pegasus dari peraduannya. Wah, kok berat banget ya? Berdasar pengalaman pertama, saya tengok lagi bagian bawah belakang. Taraaaa, ternyata kempes lagi.
Larilah saya ke tetangga (sodara jauh sih) yang buka bengkel. Alhamdulillah, beliaunya di rumah. Akhirnya pegasus tak bawa kesana, dengan dituntun juga. Stater macet, karena sepertinya busi kena air (kemarin sesore berendam di banjirnya jalan soalnya). Jadilah saya mendorong pegasus yang hanya berjarak 200meteran dengan bercucur keringat. Pegasus saya tinggal (karena my lovely sister lagi main ke rumah) dengan meninggalkan pesan, jam 3 pegasus sudah jadi, soalnya saya mau ngeles di jalan wonosari.
Qadarullah, sebelum asar, saya didatangi istri pak bengkel tadi. Katanya, motornya ada trouble lebih. MasyaAllah. Awalnya dibilang laker ban belakang perlu diganti (perasaan baru kapan itu e diganti). Dengan agak bercanda beliau bilang “tidak berbahaya kok, paling nanti tiba-tiba motornya tidak bisa jalan. terus kamunya yang ambruk.” Weh, apaan? Sama aja danger kan berarti.
Ketika bagian ban belakang ‘dipritili’, oh ternyata tromol ban belakang yang harus ganti, sudah aus banget. Dan itu yang bikin tidak bisa “glindhing” tu bannya. *garuk-garuk kepala.
Ya sudah, diperbaiki aja dulu, gantinya besok-besok ya (siapkan dana dulu, hehe). Les pun tertunda lagi, alhamdulillah, Allah Maha Baik. Diberikan adik les dan orangtua yang pengertian, tidak maksa saya harus datang ngeles setiap hari yang telah disepakati.
Hari Ahad, 24 Februari 2013. Pagi ini saya ada 5 agenda yang hampir bersamaan. Jam 6 biasanya saya ikut kajian rutin pagi hari di pondok, jam 6–10 di kampung pengajian Aisyiah, jam 7-12 ada SG tutorial FIP UNY,  jam 8-siang ada ta’limat dan jam 9 diajak silaturahmi di rumah seorang teman. MasyaAllah, bingung saya.
Kajian rutin pagi hari saya tidak ikut, karena jam 6 pula saya harus bantu-bantu nyiapin snack di pengajian Aisyiah. Mikirnya, nanti kalau saya jadi ikut ta’limat atau yang SG tutorial, kan minimal saya sudah bantu-bantu. Eh, ternyata kok ya ndak tega, soalnya si pegagus udah kadung saya taruh di parkiran, kalau mau keluar susah, dan malu juga, hehe. Masak di kampung punya gawe (apalagi masjid yang punya hajad) malah sayanya pergi. Unfortunately, di kampung saya, remajanya dikit sekali, tiga jari tangan cukup untuk mewakili, karena kalo ada acara beginian, belum tentu bisa pada ikut semua. Dan agenda selanjutnya yang saya ikuti adalah SG tutorial, yang lain, ijin (entah diijinin atau tidak, monggo). Karena jika saya datang di ta’limat, kelewatan banget telatnya (jam 9.40 saya baru beres dari pengajian kampung langsung cabut ke kampus). Kalo ikut silaturahmi, mereka mau ngajak makan duren. Alamak, saya tidak suka duren. Huaaaaa, jadi saya tolak deh secara halus, dengan alasan #anti duren, hehe.
Nah, siangnya saya ada agenda rapat RCDC di SDIT LHI. Sebelumnya, saya makan dulu karena rencana saya sore ada agenda lagi, khawatir mendzolimi diri. Setelah makan, niatan sudah ingin segera ke tempat rapat. Innalillah, pegasus saya sudah ON, tapi ni stang tidak bisa lurus (jadi masih seperti kondisi terkunci stang). Crowded, confused again. Mau saya tuntun ke bengkel (rada jauh), tapi kan stangnya tidak bisa lurus, tidak bisalah pegasus itu jalan dengan kondisi kayak gitu. (silakan dibayangkan).
Telpon brother sister, haah, mereka kan jauh. Setau saya, brother di kulonprogo, sister di gamping. Mau telpon teman dekat lagi pada mudik dan banyakan tidak punya/tidak bisa motor. Bismillah, telpon salah satu karib yang naik sepeda, berharap masih ada temen -temen tadi yang jadi panitia SG tutorial yang stay di kampus dan ada yang bisa dimintai tolong. Oalah, barusan dah pada bubar, Gimana ya? Saya butuh teman (akhwat) yang bisa bawa motor, nanti boncengin saya untuk ke bengkel (motor di titip dulu di warung makan). Pokoknya yang mau tak repoti untuk wira-wiri.
Alhamdulillah, setelah beberapa lama menunggu, (saya gunakan untuk memberantas semut yang bersemayam di helm saya. Beneran, saya bergidik. Huaaaa, masyaAllah, ada semut banyak di kepala/helm saya….) hampir jam 2 barulah teman saya datang. Terima kasih Ya Rahmaan, Engkau masih dekatkan hamba dengan solusi, bertapa Allah itu menghadirkan masalah sepaket dengan solusinya. Alhamdulillah.
Bersama teman itu, ke bengkel dan segera menceritakan kondisi pegasus saya. Wealah, ternyata salah tempat. “O itu bengkel tidak bisa mbak benerinnya, kan masalah di kunci. Jadi, mbak ke tukang kunci aja.” * tepok jidat. Oh iya ya, bener juga. Ternyata kepanikan membuat logika tersamar, hehe. Alhamdulillah, kalau masih di dekat kampus itu, nemuin tukang kunci tak perlu repot, bertebaran dimana-mana soalnya. Dan saat menjelang asar, barulah pegasus selesai di repair. Maaf ya kawan-kawan, saya tidak bisa ikut rapat, hehe. Mungkin Allah kirimkan kucing itu sebagai ganti kehadiran saya, hhe.
Kejadian selanjutnya bersama pegasus adalah hari Selasa sore tanggal 26 Februari. Ba’da maghrib rencana mau ada rapat dengan kelompok unggas di Pleret. Saya meniatkan hadir, tapi waktu itu akhirnya saya berangkat dari rumah karena siangnya agenda yang direncanakan delay. Saya pulang dulu untuk tidur siang, hehe, biar tidak ngantuk di jalan.
Saat on the way, iseng saya posisi di belakang mobil. Karena agak mendung, saya sengaja menghidupkan lampu depan. Eh, by the way, kok saya tidak melihat sorotan cahaya lampu motor saya di bagian belakang mobil depan itu. Berarti lampu pegasus saya mati dong. *panic
Tik tok tik tok, Ya Rabb, apa saya harus balik pulang lagi? Sudah setengah jalan nih. Mmm, sepertinya bisa pinjam motornya sister dulu, asal saya lewat ringroad selatan. Oke, memang masalah itu sepaket dengan solusi. Ber-short message dengan sister untuk akad pinjam motornya. Alhamdulillah, diijinkan. Dengan catatan: “ ojo banter-banter, ni motor lebih ringan gas-nya daripada tempatmu.” Oke, saya pakai kecepatan 60-70km, karena itu sudah mak wusss juga (ndak biasa kali). Hehe, pernah kepergok dia saat OTW, saya pake kecepatan diatas 80km mungkin. Tergantung kebutuhan juga sih, lha saya itu biasa jarak jauh, kalo cuma 60km ya lama banget nyampai tujuannya. Insya Allah hati-hati kok, dengan tidak lupa diiringi dengan dzikir dan muroja’ah.
Kejadian terakhir  (tapi tanggal 1 maret nih). Pagi itu saya rencana mau mampir ke SD sister di godean, ngisi tutorial kelas MP, pengen ketemu dosen juga tapi ternyata ada pencanangan dies natalis UNY, ada agenda pekanan, ngisi tutorial BK dan sorenya mau marketing AJ. Suchik.
Tuliskan rencanamu dengan pensil dan berikan penghapusnya kepada Allah
Nah, saat menuju ke tujuan pertama, SD sister saya. Tiba-tiba di tanjakan, pegasus terasa kehilangan tenaga, tidak bisa di gas. *panic again.
Alhamdulillah tenaga sisanya masih bisa membawa pegasus sampai jalan landai. Ini kenapa lagi ya? *lola
Dimasukkan gigi satu, di gas, tak bisa jalan. Tik tok tik tok, saya tengok bagian belakang. Ya Allah, rantainya lepas, ehehe. Hemm, cari bengkel nih dan lagi-lagi nuntun di pagi hari yang sudah menuju dhuha. Satu bengkel bertuliskan radiator, ternyata tak bisa memberi solusi. * logika tidak jalan. Ya iyalah, wong bukan spesifikasinya. *tepok jidat
Ada bengkel lagi, ternyata tidak bisa juga, soalnya kondisi gir rantai sudah aus, harus diganti, “itu lho mbak, ke bengkel dekat bangjo aja, ada sparepartnya disana.” Glek. Bangjonya masih sekitar 500 meter dengan jalan agak naik nih, woke, ndak papa. Sambil dorong pegasus, menyelesaikan ma’tsurat yang terputus. Ketika capek, sms ma sister, ngabari kalo pegasus malah ngadat.
_hmm
 njaluk ganti merk_
kata sister. Ahaha, dirimu itu (tapi mikir juga). Ini pegasus punya history, kita berdua kan?! Sayang juga saya sama pegasus, sudah mengantar kemana-mana, tak ajak mbolang juga, tapi cuma jarak dekat kok: Purworejo, Sukoharjo, Magelang, jogja lantai 2.
Alhamdulillah, sebelum sampai bangjo ada satu bengkel juga yang bisa ganti sparepart. Keren, yang bengkel pertama si ibu empunya bengkel. Wah, emansipasi wanita beneran. Tapi akhirnya sang bapak turun tangan, karena pegasus saya unik dan butuh perlakuan khusus (maksudnya: dirusak dulu bautnya karena sudah aus pula, hhe).
Pikir punya pikir, berapa duit ya nanti habisnya? Tanya brother yang biasanya tau harga sparepart (esp. mobil), ternyata ndak hafal. Maklum, kan beda spesifikasi juga. Tanya sister, malah miscom. Akhirnya, tak todong aja saya perlu tambahan uang, hehe (saya cuma bawa uang 100ribu waktu itu). Ditambah pula, katanya pak bengkel, rantai harus sekalian diganti, kalo ndak ntar malah cuma copat-copot, soalnya bukan pasangannya (ciee, gayanya setia yaaa…).
Alhamdulillah, Allah Maha Baik. Mungkin ketika saya tidak segera minta tolong dikasih uang sama sister, dia sudah melesat ke rumah sakit untuk besuk temannya. Alhamdulillah, rantai pegasus lepas di daerah yang strategis, dekat dengan keberadaan sister saya. Benar-benar sepaket: masalah dengan solusi.
Alhamdulillah, meski beberapa agenda delay dan cancelled, tapi Allah banyak memberikan nasihat tentang kesabaran. Walaupun akhirnya kepala cenat-cenut (saya tidak tahan panas soalnya), masih bisa hadir di forum pekanan saya, maaf ya terlambat 25 menit, qadarullah.
Nah, demikian tadi beberapa kisah pegasus saya, yang telah menemani perjalanan saya sejak akhir Maret 2008 lalu (saya baru bisa naik motor saat mau ujian nasional).

Tidak ada komentar: