Pagi masih menyimpan dingin, belum
menyentuh subuh. Tapi, hati ini gelisah dan tak jenak tidur. Perut mulas, hehe.
Tanda serangan masuk angin kasep.
Akhirnya flash back kemarin ngapain
saja ya kok bisa seperti ini? Perasaan kemarin siang cuma tidur di lantai tanpa
alas kurang dari satu jam. Terus waktu pulang dari ngeles memang sengaja tidak
pakai kaos tangan, tapi ya cuma setengah jam perjalanan saja. Siang juga makan
biasa, tapi karena memang kuah sayurnya agak tidak cocok, jadi cuma pakai
sesendok. Pagi memang ke pasar ngantar ibunda tanpa pakai jaket, tapi itu cuma
sepuluh menit perjalanan. Oh ternyata, ini saatnya akumulasi kecapekan berada
di titik puncak. Akhirnya, tubuh pun protes, minta jatah istirahat.
Menunggu ibunda pulang dari subuhan di
masjid, mencoba untuk kerik sendiri di beberapa tempat. Dulu, jarang sekali
jika masuk angin pakai kerik. Tapi, semenjak aktivitas lumayan padat, sering
tidak memperhatikan makan, sering kena angin malam, masuk angin adalah
langganan. Nah, karena biasa dibiarkan, (lha wong hampir tiap hari masuk angin)
akhirnya terkadang jadi masuk angin kasep. Awalnya badan panas, kalau tidak
segera direspon, jadinya diare, mual, muntah dan lemes. Makan pun jadi malas.
Alhamdulillah, ada ibunda yang
senantiasa tahu dan memahami. Meski khawatir juga ketika jam 6 minta izin
keluar menghadiri kajian. Pikir punya pikir, kaki masih bisa bergerak, fisik
masih bisa hadir, masak ya kalah dengan kerukhsahan kita. Menuntut ilmu itu
wajib lho!
Eee, pulang dari kajian memang badan
panas lagi. Oke deh, akhirnya rencana ikut pengajian akbar di balai desa ter-cancel. Mau istirahat dulu lah, soalnya
rada siangan harus ke kampus dan ada rapat juga.
Ternyata tipe diri ini tu ngeyel dan
pantang menyerah jika belum kalah. Maksudnya belum tepar sampai tidak bisa
bangkit. Jadi, meski pusing (ini tergantung levelnya ding), meski flu, meski
hujan, dan kawan-kawannya, jika memang masih bisa diusahakan. Oke, akan
dilaksanakan.
Biasanya kalau masuk angin itu enaknya
buat istirahat dulu. Tapi, kalau hari ini, mikirnya pengen keluar saja naik
motor, nanti kan anginnya kebawa keluar, hehe. Analogi yang tidak nyambung.
******(acara rapat disensor saja
ya)******
Pulang sekitar jam3.45 dari daerah
Giwangan menyusur ringroad selatan karena mau mampir ke tempat kakak di Kasihan
(tapi keluarga ibunda biasanya nyebut Gamping, padahal sudah masuk daerah
Bantul lho). Alhamdulillah, Allah masih berkehendak untuk menyelamatkan, di
sebuah perempatan. Posisi sedang dalam kecepatan diatas rata-rata (mengejar
lampu hijau yang detiknya sudah digit 12). Di depan ada mobil yang tiba-tiba
melambat. Masya Allah, ikut ngerem juga. Ternyata di depan ada bapak-bapak naik
motor ambil jalur kiri padahal pengen belok kanan (lampu seinnya nyala kanan
sambil beliau tengok ke belakang, mungkin panik juga). Yang saya tidak suka
adalah, bapaknya tidak taat aturan. TIDAK PAKAI HELM. Meski memang tidak ada pos
polisi disana.
Sedikit memanjangkan klakson, (maaf ya
pak, perut mual lagi, jadi pengen segera sampai tujuan nih pak.). Dan segera
melaju, mumpung masih ada beberapa detik lampu hijau (bukan oranye kok).
Sampai di tempat kakak, disambut
ponakan. Ahaha, kalau sudah ketemu ponakan, kok rasanya sakit itu ilang, penat
juga sirna. Biasa, agenda menyuapi dia sebagai syarat diajak main keluar liat
pasar malam. Alhamdulillah, kalau sama tante (panggilnya bulik ding), mau tuh
disuapi. Kasihan dia, kalau di tempat utinya biasa tak mau makan, di rumah juga
jarang banget mau. Makanya badan kecil segitu-gitu aja.
Sekitar jam5an, bersama kakak ipar dan
ponakan pergi ke pasar malam (padahal masih sore ya) ke Rewulu, daerah selatan
Godean. Eeee, ternyata si ponakan tak mau naik kereta super mini. Usut punya
usut, ditanya saat di rumah kenapa tidak mau naik, bilangnya:”isin”. Malu
katanya. Alhasil cuma naik komedi putar,
naik kuda-kudaan. Dan, saya juga naik, hedeuh. Rasanya malu tapi ya pengen
juga. Basa-basinya, jagain ponakan lah.
Sampai di rumah, makan bakso bersama. Dua
ponakan, saya, kakak, dan kakak ipar. Giliran punya ponakan yang gedhe, menunya
jadi bakso rasa strowberi. Lha bakso yang baru dimakan sedikit dituang susu
cair oleh ponakan. Ponakan kecil mendekat, dan melempar agar-agar ke dalam
bakso juga. Hehe, bakso agar-strowberi. Untung agar-agarnya masih dalam
kemasan, jadi tidak menambah campur rasanya.
Ahh, rasanya hari ini seru.
Fabiayyi aala irabbikuma tukadzdzibaan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar