Hari ini, 7 April 2013 sebenarnya berjalan
seperti biasa saja. Rutinitas kajian pondok jam 6 pagi dan kemudian disambung
aktivitas lainnya. Bedanya adalah moda transportasi yang terpakai.
Jam 7 usai kajian, pegasus siap
melesat ke kota sebenarnya. Menu utama seminar Al Qur’an telah menanti. Saya
pun siapkan menu tambahan dengan membawa bahan untuk ngajar les, barangkali
nanti tidak sempat pulang dulu ke rumah sebelum ngajar.
Qadarullah, baru sekitar 1km berjalan,
otobai macet. Tak bisa di stater, tak
bisa pula di slah. Rada greget, tapi ya gimana. Eh, di belakang alhamdulillah
ada brother saya lewat pake mobil.
Tak tanya bisa benerin kagak (kalo mobil sedikit bisa, tapi kalo motor kaya’e
kagak), dia bilang tidak mudheng. Ya sudah, tak minta tunggu saya bentar (saya
nebeng maksudnya) sembari saya nuntun pegasus ke bengkel langganan terdekat.
Belum buka sih, wong masih jam 7 lebih, tapi alhamdulillah ada teknisinya. Eh,
ternyata sodara-sodara, bengkel hari ini tutup karena ada lelayu di dusun situ.
Yang melegakan, kata masnya “Ya sudah mbak, ntar tak tuntun ke bengkel tempat
saya yang di Kebonagung saja.” Padahal tempat itu lumayan, sekitar 3km dengan
jalannya naik turun, kalo saya yang nuntun pasti tak kuat naik tanjakan, hehe.
Yang ada hanya syukur, pokoknya satu masalah bereslah.
Lanjut ke moda transport, mobil travelnya
brother. Wah, ternyata cuma sampai
Godean karena brother hanya mau beli lampu mobil. Hemmmpf, oke deh, ndak papa. Brother lumayan sibuk hari ini
(terdengar dari pembicaraan di telepon saat perjalanan). Karena free, bisa SMSan sambil jalan nih. SMS
temen yang janjian berangkat bareng, nego untuk berangkat pakai bus. Dianya
oke, nah selanjutnya adalah konfirmasi keadaan tiket masih ada atau sudah
habis. Alhamdulillah, masih ada.
Sesampainya di Godean, terlihat bus
sudah beranjak jalan, walaupun lambat. Jadilah brother mengejar bus untuk saya, hehe. Thanks, bro. Tanpa babibu,
langsung turun dari mobil bergegas menghadang bus yang sudah hendak menyalip
mobil brother. Eh, nyadarnya waktu
mau duduk, lha kok ya helm tak bawa juga to, kan naik bus….
Baiklah, bergantilah saya dengan transport
ketiga, bus prayogo uthuk-uthuk
(karena biasanya bus ini terkenal lambat jalannya sejak saya langganan dulu
SMP-SMA). Ah, biarin. Yang penting langsung dapat bis saja, pikir saya saat
ini. Saya hanya naik sampai Jatikencana karena tujuan ke sekitar maskam UGM.
Turun di pertigaan pom bensin (mikir, dulu
waktu saya SMA, biasa turun di sini, tapi belum ada POMnya, terus jalan ke
utara 500m). Nah, disini bus jalur 15 munculnya lama banget, tidak seperti hari
biasanya. Alhamdulillah, bus nongol setelah mengabarkan ke teman yang janjian
mau berangkat bareng: busnya ndak nongol-nongol nih.
Next, janjian ketemu di depan maskam UGM
karena kita mau naik bus jalur 7. Sudah jam setengah sembilan lebih baru kita
naik bus. Itupun berjalan lambat karena macetnya SunMor (tapi hari ini lumayan,
dulu pakai motor pernah sampai 20 menitan hanya rute ujung perempatan
sagan-pintu masuk FKH). Karena belum pernah naik bus ini, kaget ketika di
perempatan Bulaksumur bus belok kanan ke arah Jakal-Ringroad utara. What? alias ngalang banget nih, pikir
saya. Ah, sudahlah, manut saja. Yang penting ntar bus sampai di depan UIN SUKA deh.
Alhamdulillah, jam sembilan lebih
sedikit sudah sampai di pertigaan UIN-jalan solo. Jalan kaki sambil cari
petunjuk, tempatnya dimana tepatnya ya?hehe. Jarang masuk ke kampus ini
soalnya. Ternyata, di jalan sudah ada yang standby
jadi guide, hehe. Langsung deh kita
masuk gedung (setelah administrasi selesai tentunya) dan duduk manis di tribun
atas. Subhanallah, akhwat dan ummahat banyak banget, ndak usah diceritakan liat
siapa dan ketemu siapa saja ya, hehe.
Cukup terpesona dengan salah satu
peserta mukhoyyam Qur’an akhwat dengan pencapaian satu tahun 17 juz hafalannya.
Subhanallah.
---Untuk materi, hayooo, silakan buka
catatan masing-masing, baik di buku, di note, di otak, dkk yang menjadi folder
penyimpanan file Anda masing-masing, hehe---
Agenda selesai sebelum dhuhur, dan
kita bingung pulangnya pakai bus apa. Hhe, bisa pergi tapi tak bisa pulang,
bisa brabe nih. Setelah tanya ke beberapa orang, katanya pakai bus jalur 7 lagi
bisa. Oke, sambil menunggu nongolnya bus, kita berjalan sampai di depan pameran
buku. Bus 1 muncul, eh ternyata bus pariwisata. Kedua dan ketiga sama saja.
Ohh, maklum, hari Ahad. Harinya berwisata. Tapi, kali ini kita berharap bus
jalur 7 yang muncul (sementara kami belum tahu bus selain itu mana lagi yang
melewati depan wisma MM UGM). Setengah jam berlalu, dan hawa panas pun pergi.
Langit berubah mendung, gelap. Angin pengantar hujan menggugurkan daun ketepeng
di atas kami. Wah, tanda hujan sebentar lagi turun nih.
Tik tik tik, tes tes tes. Hujan
gerimis mulai turun, dan larilah kami ke arena bookfair. Memutuskan dhuhur disana, tanpa ada niatan mampir. Ketika
giliran saya mau wudhu, hujan deras mengguyur tempat wudhu yang atasnya terbuka
itu. Alhasil harus mencari tempat lain. Dengan berbekal payung, saya dapatkan wudhu
dengan hasil jilbab-rok pun ikut basah pula.
Waktu telah lebih dari jam 1 siang,
kondisi sudah lumayan payah. Maklum, benar-benar jetlag naik angkutan umum. Saya terakhir naik bus waktu tahun 2009
saat tidak bisa naik motor karena jatuh dari tebing. Hanya waktu itu,
selebihnya naik pegasus merah kesayangan saya. Terkadang pula ikut jidousha brother-sister, tentu saja sebagai penumpang (kagak bisa nyopir
soalnya).
Dengan semangat untuk segera pulang
(bukan 5 semangat yang dishare oleh
ust. Abdul Aziz), kami setia menunggu bus lagi, di bawah tetes hujan yang tak
kunjung reda. Finally, ada angkot
yang mendekat (sebutan saya: omprengan) dan bertanya mau kemana tujuan kami.
Gayung bersambut, angkot ini lewat jalan Colombo. Alhamdulillah.
Dalam bus, baru nyadar saya masih
pakai helm plus slayernya. Haha, tidak motor tidak pula bus, gayanya sama.
Kurang sarung tangan doang.
Lewat jalan Colombo waktu hujan,
alamak. Masih banjir saja seperti biasa. Kalau pegasus yang nekat lewat sini,
mungkin habis itu tak laik jalan lagi, keplepek mesinnya, hehe.
Perjalanan berlanjut ke kos temen
dahulu, istirahat bentar sambil menunggu kali aja hujan reda. Jam 2 lebih 15
menit hujan reda, dan on the way
dilanjutkan saya sendiri untuk pulang ke rumah. Kalau cukup waktunya pengen
nyoba ngecek motor di bengkel. Syukur sudah jadi, bisa tak buat ngeles.
Ternyata nunggu jalur 15 lumayan juga.
Jalur 4 nongol, beberapa jalur tidak jelas (tapi bukan pula yang saya
butuhkan), jalur 2, dan jeng jeng: jalur 15 nampak dari ujung perempatan Sagan.
Alhamdulillah, soalnya hujan sudah turun lagi.
Lirik jam. Wah, hampir asar to. Ini
baru sampai di perempatan mirota kampus, estimasi waktu sampai rumah saja masih
sekitar satu jam. Belum ngecek otobai,
belum perjalanan ke tempat les, eh asar juga belum keitung. Baiklah, keputusan
untuk tidak ngeles terjadi lagi. Maaf ya.
Sampai di pertigaan Bantulan, tunggu
bus prayogo lagi (bus kuning kalo hari Ahad jarang banget). Eh, ada juga yang
nunggu seorang wanita, jilbab langsung
lumayan lebar, gamis dan bekas bekam di dahinya. Hehe, saya mengamati kondisinya
dengan masih pakai slayer (ternyata membantu menghangatkan juga soalnya, selain
karena saya tidak tahan asap rokok pak sopir). Dia tadi juga naik bus jalur 15
dari perempatan mirota kampus. Sekarang, saat bus prayogo muncul, ia juga naik,
begitu pula saya.
Dia duduk di belakang sopir, sedang
saya duduk di kursi deretan kiri-sejajar dengan dia. Mungkin dia juga mengamati
saya, hingga dia tahu wajah saya saat membayar (saya buka slayer karena harus
mengatakan dengan jelas tempat turunnya).
Hoammmm, ngantuk. Ahaha, ternyata
kebiasaan ngantuk di bus masih berlaku (teringat dulu waktu studi banding ke
Malang, duduk bersama dosen muda yang suka banget cerita, malah tak tinggal
tidur, hehe. Maaf ya mbak, eh bu…)
Rada mual, ternyata di tangan dan
lengan baju menempel sejenis krim (entah sampo atau sabun cair) dengan bau yang
tidak enak sekali, menyengat. Saya tidak suka bau seperti ini, terlalu tajam
bagi hidung. Berharap tergantikan dengan bau minyak safe care, adanya malah
panas bercampur bau aneh tadi. Ya sudah, ditahan deh sampai rumah.
Hampir jam empat akhirnya sampai di
Jalan Godean km.17,5. Saat hendak turun, saya bilang ke pak sopir saya mau
turun di depan. Eh, ternyata si wanita tadi belum turun dan menyapa nama saya.
Kok dia kenal?
(mengernyitkan dahi) “Siapa ya?”
Wajahnya kayak ukhty Ni’mah (yang kenal aja yang tahu, hehe). Tapi, tidak
mungkin dia ada disini.
“…. mbak,” jawab dia sambil
menyebutkan satu nama.
Oalah, masyaAllah. Temen TPA dulu. Saya
dulu TPAnya ngungsi karena di kampung tidak ada TPA jadi saya ke kecamatan
sebelah. Dia kecil dan dua tahun lebih muda dari saya tapi jago kalo hafalan.
Saya cukup jadi runner up. Dia
sekarang kuliah di kampus yang sama dengan saya (tapi dia tidak tahu kalau saya
juga kuliah disana). Oke-oke, saya turun dulu ya.
Hemm, masih hujan dengan tidak bawa
payung ataupun mantel. Tadi ditawari, cuma mikirnya tidak hujan (berhusnudzon
gitu…). Saya harus jalan sekitar 1km lagi, karena rumah di ujung nih. Baru
jalan beberapa langkah, ada temen lewat. Hehe, dia mengenali saya walaupun
lengkap dengan helm plus slayer dan jaket yang menyelubungi badan.
Alhamdulillah, makasih Ya Rabb.
Tidak perlu berjalan, ada teman yang
mau mengantar sampai depan rumah (sampai garasi malah, hehe). Tanpa saya harus
berjalan jingkat-jingkat melewati gerombolan si berat (anjing maksudnya).
Syukur, akhirnya sampai rumah dengan
selamat.
Capcus makan siang yang super telat
dahulu lah, energi terkuras benar untuk jalan, hujan-hujanan, dan berekspresi…
Doumo
arigatou kepada ukhty
yang menemani perjalanan hari ini….

Tidak ada komentar:
Posting Komentar