Ya Rabb, petang-malam ini sungguh
diingatkan akan makna menggandakan kesabaran. Tidak cukup satu sabar, tapi mungkin
kita harus sedia serepnya. Dua, tiga, sepuluh kali lipat bahkan seratus. Atau
sampai tak terhingga.
Hari Rabu adalah jadwal rutin les buat
dua malaikat kecil saya, dhek Osa dan dhek Tata. Pukul 4 lebih saya sudah
nangkring di parkiran rumah Osa, berharap dia sudah siap belajar, sudah mandi
tentunya. Ternyata, dia masih main sepedaan dengan teman kecilnya, dhek Felin
(ini adiknya Tata). Begitu lihat saya datang, senyum simpul ia persembahkan dan
bergegas ambil handuk. Berarti dia belum siap, hemmm. Eh, ternyata juga kamar
mandi sedang dipakai, alhasil dia menunggu.
Awalnya les berjalan mulus layaknya di
jalan tol. Hampir maghrib baru deh mulai aksinya. Berawal dari ajakan: “mbak,
ntar sholat di mushola ya.” Begitulah, biasanya kami memang sholat maghrib
jamaah di mushola dekat rumah.
Qadarullah, kali ini saya sedang tidak
sholat. Nah, apa yang terjadi? Dhek Osa tidak mau sholat, merembet ke tidak mau
mengerjakan lanjutan soal matikanya. Hemmm, pusing. Benar-benar sampai pening,
berasa dunia berputar sesaat. Berbagai jurus diandalkan, tak lupa doa juga
semoga diberikan kesabaran, tanpa pasang muka bete. Karena Osa ini sangat peka,
sedikit raut muka berubah, dia merasa kita marah, hehe.
Jurus pamungkasnya adalah, perintah
sang ibu. Dibujuk untuk sholat di rumah saja. Alhamdulillah, mau. Oke, besok
lagi kalo merajuk seperti itu, tak bilangin aja ke ibuk ya dhek Osa, hehe.
(tumbak cucukan).
Selanjutnya edisi belajar kedua
bersama Dhek Tata. Awalnya basa basi dulu untuk membuat dia duduk dan tidak
wira-wiri. Setelah siap, kertas soal terhampar untuk ia pilih. Semacam buka lapak
aja, hehe. Ia pilih IPA. Oke, tanpa disuruh, dia hanya merebut pensil yang saya
pegang dan kemudian mulai membaca gaya cepat. Uniknya, dia pasti memulai
menjawab soal dari bagian sisi kanan, bukan urut dari nomer satu.
Tiba-tiba Felin datang dengan membawa
segelas es susu segar coklat. Siapa yang tidak tergoda? Dhek Tata minta es itu
dari adiknya. Setelah puas minum, kemudian dilanjut belajar lagi. Gelas ditaruh
di dekat meja belajar (di bawah, di lantai). Giliran dia mau ambil buku, ia
lupa jika di bawah ada gelas berisikan es coklat. Nah, tersambar kaki deh tu gelas.
Ya Rabb, oke. Saya hanya diam dan ambil kain pel.
Sesi belajar berlanjut, dan muncul
dhek Osa pamit dengan saya mau berangkat latihan nari (dia mau pentas tanggal 2
Mei di Denggung). Nah, kebetulan saya ingat, tadi saya memberi geri chocolatos
4 buah, untuk malaikat-malaikat kecil saya ini. Ya sudah, Osa tak kasih tu
coklat.
Ternyata oh ternyata, dhek Tata iri.
Pengen dikasih juga. Nah, saya bilang: “iya, ntar dikasih tapi sekarang belajar
dulu. Osa juga begitu. Tadi belajar dulu, baru setelah selesai saya kasih
coklatnya.”
Dhek Tata merajuk, meringkuk di tempat
belajar (kita belajar lesehan pakai tikar sekarang). Sambil ngomel-ngomel saya
pilih kasih lah, saya tidak adil, saya belain Osa terus lah, dan sederet
lainnya. Oh, Ya Rahmaan. Ishbir.
Ahh, rasanya pusing lagi. Dibujuk,
dijelaskan beberapa lama, barulah dia mau lanjut mengerjakan soal lagi.
Diselingi pertanyaan ada PR tidak. Dia menggeleng. Hemm, ya sudah.
Berikutnya dia ingin pelajaran
matematika sebelum pelajaran IPA terselesaikan. Oke, demi menjaga moodnya, saya ambil beberapa lembar
kertas, dan dia memilih tentang bangun datar. Eh, tiba-tiba dia nyeletuk, “mbak,
ini tak warna ya…” Ah, engkau. Mudah sekali lenyap keinginannya. Hemm, saya
coba merajuk. Bagaimana kalau mengerjakan dulu baru mewarnai? Pikir saya, saya
disini diminta mengajari matika, IPA, bahasa, bukan menggambar-mewarnai adik
tersayang. Mewarnai bisa kalian lakukan kapan saja, di sekolah pun bisa.
Sedangkan dengan saya, waktunya terbatas, hanya satu setengah jam dua kali
sepekan.
Ahh, ternyata Tata merajuk lagi.
Ngomong tidak jelas dan saya pun bergejolak emosinya. Mulai lagi dengan
kata-kata saya tidak adil, saya pilih kasih, harusnya saya tidak membantah
keinginan anak kecil. Oh, no. Tidak seperti itu, adik. Saya tidak membantah,
saya menawarkan. Saya hanya ingin kalian menjadi lebih baik, itu saja.
Jikalau saya boleh berbagi perasaan,
saya sangat senang sekali bertemu dengan kalian, malaikat-malaikat kecil. Saya
tidak punya adik, dan saya sangat bahagia sekali memiliki kalian.
Saya pernah kecil, saya pernah
menikmati sekolah dasar. Dimana saat itu dulu, mungkin saya juga seperti
kalian, belajar tentang ini itu, yang terkadang rumit sekali di otak. Nah, saya
lebih dulu mengenyam pendidikan itu daripada kalian. Saya hanya ingin berbagi,
saya cukup bahagia mendengar kalian mendapat nilai yang bagus, pemahaman yang
baik. Ya Rabb, limpahkan ilmu dan pemahaman yang baik pada adik-adik hamba ini…
***
Hampir putus asa menghadapi bocah
kecil ini, sambil terus berdoa. Hemm, tadinya saya yang merajuk, akhirnya saya
harus membujuk dia untuk mau bangun dan duduk. Hampir setengah delapan barulah
ia beranjak dan mulai tersenyum lagi.
Kali karena sudah karakternya tidak
betah duduk diam, mulailah ia beraksi lagi. Ambil properti yang terdekat,
mukena. Entah maksudnya untuk apa, tiba-tiba, “ahhh, basah….”
Gelas es susu segar strawberry yang masih setengah tumpah
karena ia menyenggolnya. Ia letakkan gelas itu di tikar, di sebelah dia duduk.
Mungkin dia lupa lagi. Saya hanya diam dan mengambil kain pel yang tadi juga
buat lap edisi tumpah pertama. Ya Allah, ini sedang ada apa? Kok rasanya dari
tadi ada-ada saja kejadiannya.
***
Les ditutup dengan pembagian gery
chocolatos


Tidak ada komentar:
Posting Komentar