Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 27 April 2013

Refleksi Kematian


Fajar menyingsing
dan hanya terucap syukur
Alhamdulillah..
Terima kasih Ya Rabb,
Engkau masih berikan kesempatan
untuk menapaki kehidupan fana ini…

Ya Rahiim
tunjukkanlah kami jalan lurus..
jalan yang Engkau anugrahkan kepada Nabi-nabi-Mu dahulu
jalan yang semoga menuntun
kami kepada Jannah-Mu

tiada daya dan upaya
kecuali karena pertolongan dan belas kasih-Mu
cukuplah Engkau
menjadi pelindung dan penolong kami
***

Bahwa kematian itu adalah yang paling dekat dengan kita, memang benar adanya. Tiada yang mengetahui sedikitpun rahasia Illahi ini. Pun ketika firasat ada, ia terbaca setelah sang ruh meninggalkan jasadnya.
Seorang bayi yang baru saja menghirup udara dunia, bisa jadi Allah takdirkan garis dunia hanya setitik saja. Selebihnya, ruh kembali kepada sang Pencipta. Bisa jadi, kanak-kanak yang menyejukkan dan menggembirakan orang tuanya, tiba-tiba harus pergi takkan kembali. Atau remaja dan pemuda, yang penuh dengan semangat dan idealisme telah menutup buku amal dunianya. Meski belum merasakan nikmat bekerja, menggenapkan setengah dien, ataupun amal lainnya.
Maut menjemput tanpa kata, tanpa pandang siapa dia. Kita tengok sehari kemarin, seorang ustadz di tanah air yang masih tergolong muda pun telah berpulang kepada Sang Khalik. Siapa sangka beliau yang begitu alim, akrab dengan pemuda, dan pendakwah itu pergi begitu cepat. Sedih memang, tapi Dia Allah lebih mencintainya. Semoga beliau diberikan tempat terbaik di sisiMu, Ya Rabb. Semoga apa yang telah diwariskan di dunia, menjadi amalan tak terhingga. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Sungguh, tiada yang mengetahui tentang rahasia maut: kapan, dimana dan bagaimana terjadinya. (Aa’ Gym).
Sebagian pula Allah gariskan usia sampai lanjut, dengan pembuka ladang amal bagi sang anak-anak untuk merawatnya. Begitulah, Dialah Sang Maha Pencipta. Yang memiliki hak prerogratif akan apa yang terjadi terhadap yang Dia ciptakan, termasuk rahasia maut yang pasti menyapa setiap insan bernyawa. Dengan perantara Izrail sang malaikat, ketentuan maut seseorang yakin berlaku. Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan. (Q.S As Sadjah: 11).
Nasihat yang diam adalah kematian.
Sedang nasihat yang berbicara adalah Al Qur’an.
* kata seseorang.
Ya, begitulah, pribadi pun tersadar tentang hidup di dunia yang sekedar ‘mampir ngombe’. Terasa belum berbekal apa-apa untuk kehidupan sebenarnya. Ternyata kematian yang dirahasiakan bermaksud membuat manusia untuk mawas diri. Rahasia waktu agar kita merasa maut sangat dekat sekali dengan kita. Entah sepersekian detik lagi, beberapa menit lagi , sebulan, beberapa tahun, atau entah berapa lama lagi. Tidak pernah tahu, dan ini memang bukan tebak-tebakan.
Rahasia tempat, dimana akan terjadi kematian kita? Di kamar, di kantor, di masjid, atau di perjalanan. Rahasia bagaimana terjadinya, entah hanya keinginan tiduran dan akhirnya tidak bangun lagi, tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri hingga menemui hembusan nafas terakhir, sakit, kecelakaan, dan sebagainya.
"Allah merahasiakan (ketiganya itu) agar kita selalu siap setiap saat. Jangan menunda amal ibadah, jangan menunda taubat, jangan main dengan maksiat, jangan menyia-siakan  waktu kebersamaan -- kapanpun, di manapun -- yang penting khusnul khotimah (akhir hidup yang diridhoi Allah SWT)," kata Aa’ Gym.
Dan marilah pribadi masing-masing
mengisi lembaran buku harian dunia dengan catatan kebaikan
amal-amal yang menuntun ke syurga
semoga
kapanpun, dimanapun, bagaimanapun
Allah ridhai
untuk menjemput gerbang kehidupan abadi
dengan kunci khusnul khatimah
syahid dalam Dien suci-Nya

--dari diri yang dhaif berlumur dosa
ampuni diri ini Ya Rabb…

Tidak ada komentar: