Bismillah
Kasus korupsi
masih tak henti menjadi headline dan
berita andalan di media elektronik kita. Terkadang geram, karena kerugian
negara tak setimpal dengan hukuman yang para pencuri ‘nikmati’. Penjara dan
denda yang tak seberapa sepertinya tak membuat efek jera. Ya, sekedar legal
formal hukum kita saja. Miris.
Seringnya, kita
menghujat dan mencaci mereka yang menjadi tokoh di layar kaca kita. Oalah, itu
to, cantik-cantik maling ya. Atau begini, Ihh, masih muda tapi sudah jadi
penjahat kelas kakap ya. Tapi, mungkin kita juga tak menyadari bahwa terkadang
dunia kita juga ‘nyerempet’ kasus di atas.
Mari kita tengok
dunia kampus. Dunia yang melahirkan politikus, ilmuwan, negarawan, wirausahawan
dan kawan-kawannya. Darah muda, idealisme dan semangat memenuhi lahan tersebut.
Ini bukan dalam rangka membuat jelek citra kampus atau dunia pendidikan tinggi.
Akan tetapi mungkin ada beberapa sistem yang seharusnya dibenahi.
Saatnya ujian
tiba, perpus yang biasa lengang mendadak penuh. Tiba-tiba saja di emper kelas,
berjajar serius pada kutu buku mendalami diktatnya. Atau banyak juga yang
sedang mengopi catatan teman baik hard
maupun softfile. Nah, kalau yang ini
mah tak apa-apa. Lantas ketika ujian, sepertinya mahasiswa terlihat tekun
mengerjakan. Tapi ternyata, posisi memang menentukan prestasi. Pantas saja, tak
ada teman-teman yang memilih duduk di depan kecuali yang bermental jujur mujur
ato ajur (jujur beruntung atau berani terperosok). Pengalaman penulis, hanya
orang-orang yang telatlah yang duduk di depan (kecuali penulis, saya tidak suka
duduk di belakang karena berisik sekali dan itu sangat mengganggu konsentrasi
karangan indah saya, hehe).
Suatu kali, satu
teman di samping saya bertanya jawaban nomer sekian. Mungkin dia belum tahu
prinsip saya, jadi wajar dia tanya. Benar-benar saya cuekin dan dia kapok duduk
di samping saya. Maaf ya teman, untuk satu ini tidak ada kompromi. Teman yang
lain yang tahu gimana keukeuh saya,
tak bakal berani manggil saya kecuali mau pinjam alat tulis (di kelas saya
terkenal sebagai toko ATK berjalan, hehe). Eh lain kali, ada juga yang berani
nyontek di depan dosen. Hemm, dosennya liat dan beliau hanya diam saja. Saya
heran, ini dosennya memang tidak sadar atau kura-kura dalam perahu? Pura-pura
tidak tahu. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Apapun alasannya, mencontek adalah
perbuatan dosa, kan tidak jujur. Tak ada sepersekian detik pun yang luput dari
pantauan CCTV-Nya. Nah, mungkin berawal dari kebiasaan mencontek, bisa jadi
lahir pencuri kelas kakap yang saya sebutkan di atas.
Lain ceritanya bagi
mahasiswa-mahasiswa yang tak hanya ‘kupu-kupu’ alias kuliah pulang-kuliah
pulang. Menjadi mahasiswa adalah belajar banyak hal, tidak sebatas kuliah
mendengarkan terbatasi oleh tembok ruang kelas. Belajar lewat organisasi, belajar
melalui buku, dengan orang, pengalaman atau eksperimen. Dan berkaitan dengan
organisasi misalnya, pasti tak luput dari dana juga.
Suatu saat,
pernah membaca artikel tentang bagaimana ‘pelatihan korupsi’ terjadi dalam
jenjang mahasiswa. Sekarang ini, kegiatan akademis sangat dielu-elukan.
Pemerintah pun tak ayal mendukung program-program kemahasiswaaan dengan dana fresh money. Giliran pengumpulan
laporan, kita diharuskan melaporkan dana dengan sisa nol rupiah. Kalaupun pada
realitanya bersisa, ya gimanapun caranya harus di-nol-kan. Mereka para birokrat
tahu akal-akalan ini, tapi ya dibiarkan. Sudah kadung begitu adatnya. Terkadang
bingung, katanya mengedepankan pendidikan karakter, tapi ini realitanya
mendukung karakter yang buruk. Repot dan ribet. Wallahu a’lam.
Alhamdulillah, saya masih diberikan
kesempatan mendapatkan teman-teman yang baik. Suatu saat, kami mendapat dana
yang cukup besar untuk kegiatan masyarakat. Begitu laporan selesai, dana masih
dan sebenarnya memang kami masih mau melanjutkan program untuk masyarakat
tersebut sampai outputnya optimal.
Disisi lain, lembaga yang menaungi kami juga sedang membutuhkan dana
operasional kedepannya. Dilema.
“Tiba-tiba saya
sangat takut, takut kepada Allah karena dahulu akad penggunaan dana tersebut
adalah untuk masyarakat. Apakah pantas dana tersebut ada bagian yang digunakan
untuk kepentingan kelompok?”
So, ya dilanjutkan dulu programnya
sampai selesai, walaupun sudah laporan, begitulah nasehat seseorang kepada
saya. Saya pun berpikir, Alhamdulillah
Allah masih menjaga saya dari hal-hal yang menyimpang.
Beberapa hal di
atas adalah nyata kerena dialami oleh saya sendiri. Saya mohon ampun kepada-Mu
Ya Rabbi, jika ada harta yang kumiliki ternyata tidak halal. Saya mungkin tidak
tahu. Ampuni hamba dan jagalah diri ini dari harta yang tidak halal dan toyyib. Dan mari kita bersihkan harta
kita dengan sedekah dan zakat.
# Kencleng DPU-DT
siap menanti jariyah kita, hehe….


Tidak ada komentar:
Posting Komentar