Pages

Ads 468x60px

Senin, 21 Januari 2013

(Tetap) Bersyukur



Awal mula, saya masih bertanya tentang keadilan Tuhan. Ada huruf keramat bagi saya: “R”. How come?
Berpikir berulang kali, siapa sih yang menciptakan huruf abjad itu ada 26 dengan satu huruf keramat itu? Terlintas pula, pertanyaan putus asa kenapa huruf ini ada, kok bukan yang lain (apa ya?)? Lho, kok jadi nyalahin ini huruf ya, hehe. Inilah salah satu ciri orang putus asa tak bisa ngomong 'R'.
Masih teringat gimana temen atau adik kelas rada bercanda (kasarnya ngeledekin mungkin, hehe). "Coba dong kamu ngomong: uler melingker lingker di atas pager". Atau “Lor rel dul rel”. Hemm, pikir saya, ini orang maunya ditimpuk pake apa ya? Hihi, jahat sekali pikiran saya ya. Yah apa pun ledekan kalian semua tetep aja itu cuma bisa bikin kesel, itu dulu. Walaupun sekarang masih sempat dongkol juga terkadang, sudah tahu masih aja pura-pura tak tahu.
Nama saya huruf depan berinisial “R”, but I can’t spell that letter. Nah, ini nih yang nambah orang-orang semakin gampang buat bercandaan, "coba namamu siapa?" Padahal udah kenal tetep aja sok nanya nama saya lagi, alias cuma ngetes doang. Mending ya ketika kita sama-sama tak kenal, terus dia pengen tahu nama saya, wajar mungkin kalo pelafalan “R” bisa diinterpretasikan sebagai “L” atau “W”, bahkan pernah ada yang “P”. Hedeuh.
Pernah minder juga dan takut berkomunikasi. Tapi sebenere tidak juga, saya jika sudah “comfort” dengan orang lain, akan kelihatan aslinya yang suka bicara kok, hehe. Jadi, kalau diantara teman-teman saya yang masih mengira saya pendiam, heee, berarti masih ada sedikit ketidaknyamanan dari pribadi saya. Tapi, saya juga suka nulis ding, bisa sedikit membantu untuk kekurangan komunikasi saya.
Semakin bertambah usia (semoga makin dewasa juga ya) ledekan itu berkurang. Wajar, secara psikologis kan teman-teman sudah bisa lebih “merasa”. Ingat pelajaran PKn kelas 3 SD tentang harga diri? Hee, disanalah ditekankan bahwa jika kita mau dihormati orang, maka kita juga harus menghormati orang lain, termasuk tidak meledek dan menjadikan bahan bercandaan bukan?
Alhamdulillah, ada juga yang mendoakan: “Kamu orang Inggris ya?” Hihi, asal aja ni orang. Saya kan putri domestik asli. Tapi, boleh juga tuh, maksudnya dengan sedikit revisi: I hope that I can speak English fluently (masih belajar terus). Aamiin. Tertolong sedikit karena ada nya bahasa Inggris.
Banyak orang mengira, termasuk guru SMP-SMA saya, saya bukan orang Jawa tulen: esp. Yogya. Katanya orang Sumatra? Ngaca dulu, sepertinya wajah tak bertampang pula orang sana. Padahal, seumur-umur belum pernah tuh tinggal di luar Ngayogyakarta hadiningrat ini (Jogja tetap istimewa, jogja berhati nyaman pokoknya,hehe). Nah, kemungkinannya adalah karena logat bicara saya yang kalau pakai bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai EYD (heeeee) lebih menampakkan orang luar pulau. Tapi jangan salah kalau bahasa Jawa-nya sudah keluar, Jogja banget. NB: tapi logat saya tidak medhok lho ya.
Qadarullah, saya kuliah di jurusan media dengan tugas akhir semester biasanya membuat produk. Dan tahukah kawan-kawan? Yang paling ogah adalah ketika membuat media audio ataupun audio visual. Maklum, berkaitan dengan suara kan. Akhirnya tetap rekaman juga, pas diedit, tak sengaja saya dengarkan suara lugu itu. Hihihi, bikin ketawa banget tu rekaman. Dan sampai hari ini audio itu tersimpan di salah satu di secret file saya. Heee, buat kenangan.
Oalah, segitu parah ya ketidakbisaan saya mengucap huruf keramat itu. Ya wajar aja temen-temen saya pada suka ngeledek cadel, suaranya kagak nahan ketawa deh.
Nah, dari sanalah saya mencoba berpikir untuk lebih bersyukur. Masih diberikan kesempatan untuk bisa berbicara walaupun tak sempurna. Masih ada banyak yang lebih di bawah saya, bahkan mereka tak bisa bicara! Hanya kesyukuran yang mampu diucap, walaupun itu tak enak dirasa. Toh, sudah given dari sananya, bukan?
Alhamdulillah.
Masih banyak yang harus saya lakukan daripada berpusing memikirkan perkara kecil ini. Nyatanya, sampai saat ini saya masih bisa hidup, terlebih berkomunikasi dengan orang lain. Allah Maha Adil, sista. Di setiap kekurangan, pasti ada kelebihan. Tinggal bagaimana menjadikan kelebihan bermanfaat secara optimal. Dan jika mungkin, keunikan (yang biasa dianggap sebagai kekurangan) dapat menjadi sebuah kekuatan.
“Khairunnas anfa’uhum linnas”

-sousa kanashimi wa yasashisa ni jibbun rasisha wo chikara ni-
Ost. Naruto (ternyata)
saya dapatnya di buku terbitan Pro-U

Tidak ada komentar: